12 - Belum usai

9K 709 23
                                    

"SORRY, ini buat aku aja, ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SORRY, ini buat aku aja, ya?"

Dahi Mila dan Olin berkerut secara berbarengan saat toppoki yang seharusnya milik Mila kini telah dirampas begitu saja oleh seorang perempuan seumuran mereka.

SUE, INI KAN PACARNYA BADAI!

Mila mengangkat sebelah alisnya. "Okay, tapi .. itu kan ada dua, yaudah satu-satu aja."

Tampak gadis di depan mereka berdua menghela napas pelan. "Enggak bisa buat aku semua ya? Soalnya aku berdua, udah nyari makanan ini kemana-mana tapi baru ketemu sekarang--" Fely menjeda ucapannya sebelum melanjutkan, "Aku kayak pernah ngeliat kalian," kata Fely lalu menatap Olin, "Kamu salah satu anak ekskul pencak silat, kan?"

Olin yang sudah ketauan seperti itu pun mengangguk mengiakan, dia tersenyum manis, "Iya kak, saya Olin."

"Olin bilangin temen kamu dong supaya toppoki ini buat aku semua," pinta Fely pada Olin dengan sedikit memohon.

Mila menyela, "Maaf ya, yang ambil ini duluan itu saya, harusnya kakak jangan begitu dong, itu namanya enggak sopan. Kakak bisa cari kok di tempat lain, enggak cuma di sini."

"Enggak ada, aku udah cari ke mana-mana sama temen aku, tapi enggak ketemu, udah pada abis."

"Oke kalo gitu, kasih saya satu, itu aja."

"Enggak bisa, nanti kalo aku kasih kamu ini satu, temen aku makan apa?" Fely menunduk.

LAH GUENYA MAKAN APA SETAN!

"Fel, Fel, udah." Laki-laki berpostur tinggi putih itu mendatangi mereka bertiga, menarik Fely untuk berada di sampingnya.

"Lo enggak boleh kayak gitu, ini kan ada dua, emang lo habis dua-duanya?" Fely menggeleng. "Satu nya untuk kamu, Badai."

Badai tersenyum singkat, "Gue enggak suka makanan kayak gini."

"Serius?" Badai mengangguk.

Sumpah demi apapun, hati Mila begitu sakit melihat interaksi antara keduanya. Apa Badai dan Fely sedekat itu? Apa Badai benar-benar telah melupakannya?

Dia dan Badai pernah sedekat nadi, namun kini sejauh matahari. Apa bisa ia berharap kembali seperti dulu lagi? Rasanya sulit mengingat apa saja yang sudah terjadi.

"Mila, lo kenapa nangis?" Olin memegang bahu Mila pelan membuat sang empu langsung menoleh sambil menatap bingung. "Hah?" Mila memegang matanya yang kini sudah memanas kemudian mendongak. "Kenapa, ya?"

"Ya kok lo nanya gue, lo ada masalah?" tanya Olin yang masih berada di tempatnya.

"Enggak ada, Lin, gue juga enggak tau kenapa gue nangis. Freak banget anjir." Mila terkekeh kecil lalu menatap Badai dan menetapkan pandangannya pada Fely.

"Untuk toppokinya ambil aja, gue males ribut."

"Ayo pulang, Lin, udah mau maghrib juga," ajak Mila membuat Olin langsung mengangguk. Mereka berdua meninggalkan Fely dengan rasa senangnya karena mendapatkan 2 toppoki, dan Badai dengan perasaan gelisah.

BADAI CAMILLA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang