"PERMISI, assalamualaikum ..."
Mendengar pintu utama diketuk membuat Olin seketika beranjak dari kasurnya. Ia meletakkan handphone yang tadi ia pegang ke atas bantal setelah itu segera menuju depan untuk membuka pintu.
Sebelum membukanya, Olin lebih dulu mengintip dari jendela, memastikan siapa yang datang. Kalo maling gimana? Mana dia sendirian di rumah. Tapi kalo dipikir-pikir mana ada maling yang masuk lewat pintu sambil ketuk-ketuk, ngucap salam pula.
3 detik Olin butuhkan untuk melihat orang tersebut. Seketika matanya melebar dengan mulut yang ia tutup dengan telapak tangan, melafalkan satu nama.
"Aldy ...?"
Dengan cepat Olin membuka pintu yang langsung disambut oleh Aldy dengan tatapan tak enak miliknya.
"S-sorry, gue ganggu ya?"
Spontan Olin menggeleng kemudian tersenyum kikuk, gadis itu menggaruk bagian belakang kepalanya menghilangkan rasa gugup.
"I-ini pertama kalinya lo ke rumah gue, gue jadi agak aneh, hehe ..." Olin tertawa pelan.
"Sorry udah ke rumah lo gak bilang-bilang," Aldy menghentikan ucapannya sebelum melanjutkan, "Gue ke sini karena ucapan lo kemarin."
"Ucapan kemarin? Emang kemarin gue bilang apa?" Olin berusaha mengingat apa yang ia bilang pada Aldy kemarin.
"Lo cerita kalo lo bosen, Mila pulang kampung, dan lo gak ada temen buat main. Jadi gue pikir, gue pengen ngelakuin sesuatu bareng lo."
Mata Olin tak berkedip mendengar penuturan dari Aldy. Apa ia tidak salah dengar? Aldy ingin bersamanya? Apa yang membuat cowok itu tiba-tiba saja care?
"Tumben. Lo gak pernah mau diajak ketemuan, Al, bahkan gue nembak lo beberapa kali juga lo gak terima. Sebenernya mau lo apa sih? Lo bikin gue pusing."
"Lo tuh sebenernya suka gak sih sama gue? Kita chatan dari SMP, apa gak ada sedikit pun rasa di hati lo untuk gue?" tanya Olin dengan suara yang kian merendah.
"Ada."
"Ada?"
Aldy mengangguk. "Jujur, gue suka sama lo. Tapi, gue gak bisa untuk lebih dari sekedar teman. Gue udah nyaman dengan keadaan kita yang kayak gini."
"Al, lo serius ada rasa sama gue?" Olin melotot, meminta penjelasan lebih. Lagi-lagi Aldy mengangguk. "Serius, tapi---"
"Jadi ... Alasan selama lo nolak gue itu karena bukan gak suka? Tapi karena lo belum mau pacaran?"
Aldy menganggukkan kepalanya.
Bukan kekecewaan yang Olin dapatkan, justru rasa bahagia yang amat sangat. Setidaknya, Olin tau perasaan keduanya bagaimana sekarang. Untuk menjalin hubungan, Olin tidak bisa memaksa.
"Tapi tolong ya, Al, jangan berpaling dari gue .. gue bakal nunggu lo, sampe lo siap."
"Tapi kalo ternyata lo yang berpaling?" Aldy balik bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADAI CAMILLA [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Kisah realistis dan romantis yang membawa kamu masuk ke dunianya. Namanya itu Camilla Putri Afifah, cewek yang punya tubuh agak berisi, alay, pemalas, introvert, 24 jam hp, dan memiliki otak standar adalah pemburu cogan alia...