PAGI harinya, Mila terbangun dengan kepala yang cukup pusing akibat tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan Badai. Cewek itu mengecek hp-nya terlebih dahulu. Pesan dan panggilan yang ia lakukan ternyata tak ada artinya. Sepertinya, Badai belum membuka hp dari kemarin.
Ia langsung beranjak menuruni kasur dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah beberapa menit lamanya, ia kembali dan mengenakan pakaian. Gadis itu mengecek hp-nya kembali, lagi-lagi Badai tak merespon nya. Ia khawatir tentang kondisi cowok itu, bagaimana perasaannya sekarang. Bahkan, Mila berpikir untuk bolos. Tapi, dengan cepat ia menepis pikiran bodohnya itu, Mak pasti kecewa kalo sampai ia melakukan hal tersebut.
Setelah semuanya sudah siap, Mila langsung keluar kamar dan memakai sepatunya. Ia tak sarapan, lagipula sebentar lagi bel masuk berbunyi, tak ada waktu.
"Mil, gak sarapan?" Mila menggeleng. "Enggak, mak. Nanti aku beli jajan aja di kantin."
Mengingat sesuatu, Mila berujar, "Nanti aku gak langsung pulang ya, mak, mau ke rumah sakit dulu."
Mak mengangguk. "Iya," katanya.
"Kamu enggak bawa motor?" tanya Mak lagi. Mila menyaut, "Enggak, aku bareng Olin, dia udah nunggu di depan. Aku pergi ya, mak, assalamualaikum." Mila berpamitan seraya menyalim tangan ibunya.
"Waalaikumsalam, hati-hati, Mil."
"Iya, Mak."
Mila berlari kecil keluar rumah menghampiri Olin yang sudah menunggunya di depan pagar.
Ia langsung naik ke motor sang sahabat mengingat sebentar lagi masuk. Olin tanpa basa basi menjalankan motornya.
Ditengah perjalanan, Olin mulai membuka suara.
"Tumben lo ngajak gue bareng, biasanya enggak mau," heran Olin dengan pandangan bertanya-tanya.
Mila menghembuskan napasnya berat. "Iya. Soalnya nanti abis balik dari sekolah gue mau ke rumah sakit jengukin tante Dania, abis kecelakaan, makanya gak bawa motor."
"Wait, tante Dania siapa?" tanya Olin.
"Mamanya Badai," balas Mila membuat mata Olin melebar. "Mamanya kak Badai kecelakaan?!" Olin tampak terkejut.
"Iya."
"Terus nanti lo ke rumah sakit bareng siapa?"
"Rencananya sih kak Egi, soalnya semalem dia ngajakin gue. Gak mungkin juga, kan bawa motor sendiri, gue belum berani yang jauh-jauh," kata Mila dengan lesu.
"Oh gitu, iya sih bener. Nanti gue titip salam ya buat kak Badai."
"Iya," balas Mila.
****
Ditempat yang berbeda, jauh dari lingkungan sekolah. Badai tak henti-hentinya berdoa dalam hati untuk kesembuhan sang mama. Laki-laki itu dari kemarin belum makan dan berganti pakaian. Mukanya pucat dan terlihat tak bersemangat. Ia hanya terduduk depan ruang UGD dengan menyenderkan badannya pada dinding rumah sakit yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADAI CAMILLA [COMPLETED]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Kisah realistis dan romantis yang membawa kamu masuk ke dunianya. Namanya itu Camilla Putri Afifah, cewek yang punya tubuh agak berisi, alay, pemalas, introvert, 24 jam hp, dan memiliki otak standar adalah pemburu cogan alia...