06

228K 19.3K 319
                                    

"Astaga, Xan!" Pria yang dipanggil uncle oleh Xan pun langsung menarik Xan kedalam pelukannya dan menggendong, sedangkan Xan sendiri terlihat senang saat bertemu pria itu. Terbukti dari dia yang terus menggoyangkan kakinya, dan cengiran khas anak kecil saat pria itu memeluknya.

"Uncle lindu?" Tanya Xan.
[Uncle rindu?]

Yang ditanyai tersenyum gemas, kemudian mengangguk. Lalu pria itu tiba-tiba mengalihkan tatapannya pada Stela, membuat Stela sedikit tersentak kaget.

"A-apa?" Tanya Stela gugup, pasalnya pria itu hanya menatapnya dan tidak mengatakan apapun.

Mendengar Stela yang berbicara padanya tanpa rasa takut walau sedikit terdengar keraguan disana membuat pria itu tersenyum.

"Terimakasih" ucapnya tulus, lalu ia mengeluarkan sebuah kartu nama dari sakunya. Dan menyodorkannya pada Stela.

Melihat pria itu memberika sebuah kartu nama dengan ragu Stela menerimanya, ia lihat dengan seksama sebuah nama dan nama perusahaan yang terlihat tidak asing.

"Saya sudah bisa melihat bahwa kamu orang baik, dan sepertinya kamu juga yang membawa Xan. Terimakasih sudah menjaganya dalam satu malam kemarin, dan untuk kartu itu" katanya sambil menunjuk kartu yang berada pada genggaman Stela.

"Karena saya tak tau harus melakukan apa selain mengucapkan banyak terima kasih, saya hanya bisa memberi itu. Gunakan jika kamu membutuhkan bantuan, saya yakin pemilik nama di dalam kartu itu akan membantumu" katanya tanpa menghilangkan senyuman.

Stela mengangguk patah-patah, ia masih belum mencerna apa yang terjadi. "T-tunggu! Ini bukan kartu nama milikmu? Lalu milik siapa?"
Tanya Stela dengan ekspresi panik, ia hanya takut jika orang ini tak benar-benar uncle nya Xan. Anak kecil belum bisa membedakan orang baik dan orang jahat bukan?

"Itu milik boss saya, dia ayah dari Xan. Kamu bisa datang ke perusahaannya jika kamu membutuhkan sebuah bantuan, jika kamu tertahan di resepsionis telpon saja nomor ini" katanya sambil memberikan satu kartu nama lagi pada Stela.

"Ini kartu nama saya, hubungi nomor ini jika kau tidak diperbolehkan masuk nanti" katanya, lalu ia melirik jam tangannya.

"Ah! Saya harus pergi, Xan juga tertidur, sekali lagi terimakasih sudah menjaga Xan" kata pria itu lalu sedikit membungkuk saat mengucapkan terimakasih, membuat Stela ikut membungkuk. Stela menatap dengan senyum teduh Xan yang terlelap dalam gendongan pria di depannya.

Pipi tembam nya yang menempel pada pundak pria itu dan mulut yang sedikit terbuka membuat nya terlihat imut, Stela hanya bisa menahan gemas melihat nya.

"I-iya, sama-sama" kata Stela menatap kepergian pria itu yang semakin menjauh.

Lalu Stela dengan cepat membayar ice cream yang barusan Xan beli dan pergi ke tempatnya mengajar les privat matematika.

Diperjalanan Stela mengingat-ingat nama pria tadi yang membawa Xan.

"Namanya Sebastian" gumam Stela sambil tersenyum.

🍼🍼🍼

Di tempat lain, pria yang diketahui bernama Sebastian itu menggendong balita yang tertidur dalam gendongannya masuk ke dalam mansion milik ayah dari balita ini.

Sebastian berjalan dengan langkah tegas, melewati beberapa maid yang membungkuk padanya.

Tok tok tok

Mendengar sautan dari dalam, membuat Sebastian dengan berani membuka pintu bewarna hitam itu.

Ceklek

"Boss-"

"Jika kau masuk hanya untuk mengatakan hal yang tidak penting lebih baik-"

"Ddy?" Balita dalam gendongan Sebastian terbangun, memanggil sang Daddy.

Pria yang dipanggil boss tadi dengan cepat mengangkat kepalanya, wajahnya terlihat terkejut saat melihat sang anak berada dalam gendongan sekretaris sekaligus sahabatnya itu.

Dengan cepat ia bangkit dari kursinya dan mengambil alih Xan yang masih mengumpulkan nyawanya.

"Astaga Xan kamu kemana saja, hm? Tidakkah kamu tau kalau Daddy khawatir?" Tanya pria itu lembut, ia takkan bisa marah dengan anaknya. Bahkan berbicara dengan nada tinggi pun ia tak pernah melakukannya. Anaknya sangat sensitif.

"Ddy?" Panggil Xan lagi.

"Ya ada apa, baby?" Tanyanya sambil keluar dari ruang kerjanya menuju kamar anaknya, meninggalkan Sebastian yang sama sekali belum menjelaskan apapun tentang bagaimana ia menemukan Xan.

"Ana ommy?" Tanya Xan.
[Mana mommy?]

Dahi pria yang di panggil Daddy itu berkerut, siapa dia? Pikir nya.

"Ommy siapa, sayang?" Tanya pria itu lagi sambil mengelus lembut puncak kepala sang anak.

"Owang yang bobo ama San cemalam" kata Xan dengan mata yang mulai memberat.

🍼🍼🍼

Note:

Wow, siapa nama bapaknya Xan?

Yang bisa nebak jago lah, ntar kasih double update
(ʃƪ^3^)

Shttt, Xan lagi bobo jangan berisik ya..

By. Pinterest

Mafia Widower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang