31

111K 9.7K 199
                                    

"Saya ada rekomendasi tempat makan enak, mau kesana?" Tanya Ayres tanpa menoleh pada Stela. Tangan kirinya sibuk menyetir, sedangkan tangan kanannya digenggam erat oleh telapak tangan mungil, milik Xan jelas saja.

Stela menoleh, memasang riak berpikir. Kemudian tersenyum dan mengangguk. "Ayo kita kesana, t-tapi bukan tempat makan seafood kan?"

Dahi duda beranak satu itu mengerut, mengerem laju mobilnya saat sampai di lampu merah. Menoleh pada gadis cantik disebelahnya, yang memangku darah dagingnya. "Alergi?"

Stela mengangguk, menatap Ayres dengan wajah sedihnya. July dan Aiyla bilang rasa udang itu sangat enak, namun ia tak bisa memakannya. Sayang sekali.

"Kita tidak akan ke restoran seafood. Itu restoran kecil, menu makanan yang dihidangkan adalah makanan Korea, saya dulu sering kesana dengan Jay. Disana ada makanan hangat yang bisa dimakan saat cuaca dingin seperti ini" jelasnya panjang lebar.

"Saya tau ayahmu adalah orang Korea, jadi akan saya bawa kamu kesana" lanjutnya. Stela diam, bagaimana bisa Ayres mengetahui tentang ayahnya?

"Soal ayahmu, aku mencari tau sendiri. Tidak ada yang tau selain diriku, kau bingung kemana orang tuamu? Mereka sudah meninggal, karena kecelakaan 2 hari setelah mereka meninggalkan mu di taman dulu" informasi singkat yang menjelaskan semuanya.

"Kakak tau kenapa mereka ninggalin aku gitu aja?" Tanya Stela dengan suara bergetar.

Ayres mengangguk. "Itu karena kamu bukan anak kandung mereka, kamu anak dari kakak ibumu. Kakak ibu mu yang merupakan seorang perempuan meninggal sesaat setelah melahirkan mu, suaminya? Ia mengalami sedikit gangguan mental. Menyebabkan kedua orang tuamu, atau bibi dan paman mu merawatmu dulu. Namun ekonomi mereka terus menurun seiring berjalannya waktu, membuat mereka dengan tega membuang mu di taman hari itu" lagi, Ayres berbicara panjang lebar.

Stela menahan tangisnya, ia ingin tau lebih lanjut tentang keluarganya. "L-lalu ayah kandung ku?"

"Ayah kandung mu masih hidup, menurut informasi yang saya temukan. Ia sibuk mencari mu, ia tau ia salah meninggalkan mu saat itu. Ia sudah sehat kembali, dulu dia sempat menjadi rekan kerja ku. Tapi sekarang telah tidak lagi" jawab Ayres lagi.

"Sudah jangan menangis, kita sudah sampai" perkataan Ayres setelahnya membuat Stela sadar kala satu bulir liquid bening turun hingga pipinya.

Sebelum tangannya mengusap air mata yang jatuh itu, lebih dulu telapak tangan besar nan hangat mengusap pipi tirusnya yang basah.
"Tak perlu menangis, saya akan mengantarkan kamu kepada ayah kandung mu. Sekarang kita turun, kamu belum makan sedari tadi. Xan biar saya yang-"

"No! Biar aku aja yang bawa" Stela membawa Xan yang ternyata tertidur saat Ayres sibuk menjelaskan tentang keluarga Stela, mirip lagu pengantar tidur mungkin.

Mereka bertiga masuk kedalam restoran kecil tersebut, duduk di dekat jendela. "Mau pesan apa?" Tanya Ayres.

Stela bingung, harga yang ditawarkan tidak main-main. Bagaimana cara ia membayar nya?

"Tak perlu pusing, pilih saja. Saya yang akan bayar, karena saya yang mengajak kamu kesini" ujar Ayres, Stela sendiri mengangguk.

"Uhm, aku mau mandu-guk" jawab Stela.

"Minumnya?"

"Teh hangat saja"

Stela menoleh pada Xan yang baru saja terbangun tadi, mata bulatnya memperhatikan berbagai macam menu disana. Bibirnya mengerucut lucu dengan kening yang berkerut, bingung akan memesan apa. Sampai matanya menangkap makanan berbentuk ikan.
"Mau ni!" Katanya bersemangat.

Ayres mengangguk. "Dua mangkuk mandu-guk, tiga gelas teh hangat, dan satu Bungeo-ppang" katanya pada pelayan.

Sang pelayan mengangguk, mengulang pesanan tadi. Setelah dirasa benar, ia pamit undur diri.

Mafia Widower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang