"Buka gerbangnya" ujar Jaden pada penjaga di depan gerbang villa itu, penjaga itu awalnya tak mau membuka pintu gerbang. Namun saat Jaden memberikan rekaman suara dari boss mereka, dengan patuh mereka membuka gerbangnya.
Mobil berhenti di depan tangga menuju pintu utama, Ayres dan Jaden segera turun untuk memastikan Stela baik-baik.
"Oh, kalian sudah datang? Mari masuk" ujar Vernon yang baru saja sampai di pintu utama saat mendengar suara deru mesin mobil.
"Dimana Stela?" Tanya Ayres langsung.
Vernon menghela nafas, mempersilakan mereka masuk terlebih dahulu. "Stela ada di atas, dilantai dua. Entah anda sudah tau atau belum soal Stela yang mempunyai alter ego, dia bersama July diatas. Mari saya antar" ujar Vernon sambil berjalan didepan keduanya.
"Apa yang terjadi pada nona Stela tadi?" Tanya Jaden.
"Ya... Jelas kalian tau apa itu alter ego, entah sejak kapan Shannon kembali mengambil tubuh Stela-"
"Shannon?" Tanya Ayres memastikan.
Vernon mengangguk. "Ya, Shannon. Kepribadian kedua milik Stela, sifatnya jauh berbeda dengan Stela. Saya sendiri belum tau apa penyebab Stela mempunyai alter ego, hanya July dan Aiyla yang tau. Karena mereka yang bersama dengan Stela dari kecil"
Mereka bertiga sampai dengan cepat dilantai yang dituju. "Ini kamarnya. Setelah Shannon pergi tadi, Stela menangis. Ia terus bergumam kalau dia adalah seorang pembunuh, ia tau apa yang terjadi sebelumnya"
"Dia sendiri?" Tanya Ayres. Lagi, Vernon mengangguk.
"Tidak ada benda tajam didalam, balkon pun aman dengan teralis. Tidak akan ada kemungkinan kalau Stela akan melukai dirinya sendiri" ujar Vernon lagi.
"Baiklah, mungkin anda bisa membujuk nya. Dia tidak keluar kamar sejak tadi, bahkan ini sudah hampir pagi" Vernon melirik jam tangannya.
"Saya harus memeriksa July, permisi" Vernon pamit, Ayres dan Jaden hanya mengangguk.
"Kalau begitu saya kebawah boss, saya lihat ada maid cantik tadi" ujar Jaden dengan alis naik-turun, Ayres menghela nafas kemudian hanya mengangguk pasrah.
Ia menatap pintu didepannya, Jaden sudah pergi kebawah. Tangannya terulur guna membuka pintu kamar itu.
Ceklek
Pintu itu terbuka, udara dingin menerpa. Sangat dingin. Ayres masuk, menutup kembali pintu itu. Hening.
"Stela?" Panggilnya. Ruangan gelap dengan balkon yang dipasang teralis terbuka begitu saja.
Tidak ada sahutan, Ayres tidak mencoba menyalakan lampu. Ia menghampiri ranjang, terlihat sebuah gundukan selimut disana yang ia yakini adalah Stela.
Clik
Lampu di atas nakas dinyalakannya, menciptakan cahaya remang di kamar gelap itu. Ayres mendudukkan dirinya di samping gundukan tersebut.
"Stela?" Panggilnya lagi.Tetap tidak ada sahutan, dengan terpaksa Ayres membuka selimut itu. "ENGGAK!!" teriakkan serta selimut yang kembali ditarik yang Ayres dapatkan.
"Jangan deket-deket, nanti disakitin sama Shannon!!!" Teriakkan yang sedikit teredam oleh bantal dari Stela membuat Ayres hanya tersenyum.
"Bangun Stela" Stela bergeming.
Ayres menghela nafas, membuka paksa selimut itu. Stela terkejut, memutar badannya. Dan.. hap! Lengan besar Ayres merengkuh tubuh mungil itu.
"Tidak akan ada lagi yang Shannon sakiti, dia hanya mencoba melindungi kamu. Walau caranya salah" ucap Ayres sambil mengelus lembut punggung sempit Stela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Widower
Teen Fiction⟨⟨END⟩⟩ "Hiks... Hiks..." Seorang anak kecil menangis dibawah pohon besar dekat taman, mengalihkan atensi seorang gadis yang tengah termenung tak jauh dari posisi anak itu. Dengan inisiatif gadis itu menghampiri sang anak, mendekat. "Hei manis~ kena...