"Sialan, apa yang dilakukannya?" Gumamnya sambil menyambar kunci mobil yang menggantung.
Jay panik, suara Xan tadi terdengar sedikit gemetar. Jika sampai Xan sakit lagi, ia akan membunuh kakaknya itu.
Mobil biru tua itu keluar dari pekarangan rumah, dengan kecepatan di atas rata-rata Jay melajukan mobilnya. Tangannya berusaha mengambil ponsel yang tergeletak di seat sebelahnya, mencari seseorang untuk dihubungi.
"Halo"
"Ya, halo? Dengan siapa saya bicara?"
"Kerumah keluarga Dexter sekarang"
"Ada apa memangnya? Dan siapa kau?"
"Xan kemungkinan besar sakit"
"Tunggu, apa?!"
Tut
Panggilan terputus.
Lalu tak lama Jay sampai di gerbang rumah besar milik kakaknya itu, ia membuka jendela mobil nya. Menatap datar pada para penjaga disana.
"Buka" ucapnya dingin nan datar.
Namun penjaga itu hanya diam, menatap remeh pada Jay. "Hey anak muda, lebih baik kau pulang saja. Ini bukan tempat bermain untukmu" lalu suara tertawa terbahak terdengar, membuat Jay menyeringai.
Ia mengambil sesuatu di dashboard, apa itu? Hm, mungkin lollipop?
Dor
Dor
Dua timah panas dilepaskan Jay, tepat mengenai tuas yang berguna untuk membuka pintu gerbang besar itu. Karena tuas nya rusak, pintu gerbang itu terbuka dengan sendirinya. Membuat Jay bisa masuk kedalam, meninggalkan dua bawahan idiot itu yang shock dengan apa yang baru saja terjadi.
Jay melirik singkat dua bawahan kakaknya itu lewat kaca spion, hanya terkekeh. "Dasar bodoh"
Ia memarkirkan mobilnya asal dan langsung masuk ke rumah besar itu, tujuannya hanya satu. Ke kamar Xan. Segera ia berlari ke lift, sebelum suara yang dibencinya terdengar.
"Merusak tuas pagar, masuk rumah orang tanpa izin maupun permisi. Sekarang apa?"
Jay tertawa dalam hati. "Membawa Xan pergi dari sini"
Ayres berdecih, adiknya tidak akan senekat itu. Kan?
"Entah apa yang ada di otak mu, aku akan tetap membawa Xan pergi dari sini" lalu setelah itu lift naik ke atas.
Ayres yang baru sadar adiknya itu sudah naik, segera menyusul dengan menaiki tangga. Ia takkan membiarkan Xan tinggal dengan Jay, bukan apa-apa tapi yang dikhawatirkan adalah ibu tirinya.
Jay sampai lebih dulu, membuka pintu kamar Xan dengan perlahan. "Xan?"
Terlihat sebuah gundukan selimut disana, dan itu sudah pasti Xan.Ia membuka selimut itu terlihat Xan yang tertidur dengan sweater panda yang terlihat kebesaran ditubuhnya yang mungil, Jay tersenyum. Tak lama pintu kamar terbuka lagi dengan kasar, siapa lagi kalau bukan Ayres.
"Pergi dari sini Jay" katanya tegas.
Sedangkan Jay pura-pura tak mendengar, lalu setelah itu seorang dokter masuk ke kamar Xan. Membuat Ayres bingung kenapa dokter pribadinya datang kerumahnya, dia bahkan belum memanggilnya untuk memeriksa Xan.
"Cepat periksa Xan, dokter Sean" perintah Jay.
Yang dipanggil dokter Sean hanya menurut, ia sudah tak ada nyali. Saat masuk kamar auranya sangat berbeda dengan saat ia diluar kamar.
Ia mulai memeriksa Xan, Ayres dan Jay memperhatikan. Walaupun Ayres terlihat cuek, tapi dalam hatinya ia sungguh khawatir. Bagaimana bisa ia tak tau jika Xan demam, juga ada sedikit cedera pada punggungnya. Mungkin itu juga alasan Xan menangis karena punggungnya sakit, dan dia hanya sibuk dengan menghukum anak buahnya. Ia merasa menjadi ayah yang bodoh. Tapi tetap saja, itu semua ia lakukan hanya untuk Xan.
Lalu dokter Sean kembali pulang saat Ayres sudah mengkode nya, menyisakan Ayres, Jay dan Xan yang masih tertidur.
"Aku ayah yang bodoh"
"Hm, aku tau"
🍼🍼🍼
Note:
Penasaran sama ibu tirinya ga si?
Hm, kenapa sih sama mereka berdua? Jangan-jangan...
Xan sakit lagi, Bapaknya sih!😡
By. Pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Widower
Teen Fiction⟨⟨END⟩⟩ "Hiks... Hiks..." Seorang anak kecil menangis dibawah pohon besar dekat taman, mengalihkan atensi seorang gadis yang tengah termenung tak jauh dari posisi anak itu. Dengan inisiatif gadis itu menghampiri sang anak, mendekat. "Hei manis~ kena...