Sore mulai berganti malam, namun kedua insan yang tengah melepaskan 'rindu' nya itu belum juga keluar dari dalam kamar, membuat si bungsu Dexter hampir mati kebosanan.
Lagi dan lagi helaan nafas keluar dari mulut mungil itu, ia sungguh bosan. Matanya melirik kesana-kemari, mencari apa yang bisa menghilangkan kebosanan yang melanda dirinya.
Sampai suara derap langkah dari tangga mengalihkan atensinya, itu mommy!!
"Mommy!! Akhirnya mommy turun juga, El bosen disini terus" ucapnya sambil memajukan bibirnya, Stela yang melihat itu terkekeh, mengusap lembut rambut terurai sang anak.
"Maaf ya, emang kemana granma?" Tanyanya bingung.
"Tadi sore ada teman granma datang kesini, katanya sih suaminya sakit, jadi granma jenguk" jawabnya lesu.
"Yaudah, kita makan dulu. Mommy akan masak sebentar, kamu tunggu disini oke?" El mengangguk senang, ia kembali duduk di sofa. Namun mau bagaimanapun juga, yang namanya bosan ya tetap bosan.
El menoleh ke arah tangga, kemudian menoleh ke arah dapur. "El mau lihat Daddy, tapi di usir lagi ga ya?"
"Mau di usir ataupun engga, El tetap mau lihat Daddy. Udah lama ga main sama Daddy" si bungsu Dexter itu segera menaiki tangga, berjalan menuju kamar yang diduga adalah kamar sang daddy.
Dia mengetuk pelan pintu kamar di depannya, tak ada jawaban. Dengan pelan dia mendorong pintu yang tak tertutup rapat itu, melongok ke dalam kamar.
"Daddy?" Panggilnya pelan.Terlihat sebuah gundukan di atas ranjang di balik selimut, El memperhatikan setiap sudut kamar, berantakan.
"Kenapa banyak baju berserakan? Kan mommy sama Daddy cuma main kuda-kudaan" bicaranya entah pada siapa.
Ia mendekat ke arah ranjang, memperhatikan wajah tampan dan tegas sang Daddy. Ia berpikir, kalau saja dia bukan Daddy nya pasti ia sudah menyukai Daddy nya.
"Daddy?" Panggilnya berbisik, menggoyangkan pelan bahu lebar dan kokoh Ayres. Pria itu terusik, ia membuka matanya, menatap siluet Stela yang terlihat lebih kecil.
"Daddy? Kenapa tidur sore-sore? Cape ya, abis main sama mommy?" Tanyanya beruntun, ia duduk di bawah, berhadapan dengan wajah sang Daddy.
"El?"
"Ya Daddy?" Tanya El.
"Mau baring sama Daddy?" Tanya Ayres, ia menggeser badannya sedikit. "Memang boleh?" Tanya Elena lagi.
Ayres mengernyit, "sejak kapan Daddy bilang tidak boleh, hm?" Elena diam, lalu menjawab. "Kemarin waktu El mau main sama Daddy, El malah di usir" jawabnya.
Pria itu diam, kemudian tersenyum masam. "Maaf ya, Daddy minta maaf. Daddy janji tidak akan ulangi" El tersenyum senang, mengangguk antusias dan segera baring di sebelah Ayres.
Lengan besar itu melingkar di perut sang anak, menghirup wangi harum dari rambut terurai sang anak. "Anak Daddy wangi sekali, hm? Baru habis mandi?" Tanya Ayres, El mengangguk.
"Daddy?" Panggilnya sedikit berbisik, Ayres mengangkat sebelah alisnya. "Ada apa sayang?"
Namun bukannya menjawab, El malah diam, membuat Ayres bingung. "Kenapa? Ada sesuatu yang mengganggu?" Tanya Ayres lagi.
"Uhm, kemarin waktu El buka loker waktu disekolah, El liat ada banyak kotak disana. Memang terkesan biasa, tapi... Satu kotak disana banyak banget foto El" ucapnya mulai bercerita.
Ayres diam, tidak menyela ucapan si bungsu. "Terus disana ada suratnya, katanya gini 'Baby El, cuma punya aku, milik aku, ga boleh ambil, cukup El dan aku, bukan yang lain' Katanya gitu" lanjut Elena membuat Ayres terdiam, ia paham apa maksud dari kalimat itu.
"Daddy boleh tanya?" El mengangguk. "El merasa akhir-akhir ini sering diperhatikan?" Lagi, El mengangguk.
"Setiap hari?"
"Setiap saat" jawab El.
"El dekat dengan seseorang?" Gadis kecil itu menggeleng, tapi kemudian mengangguk. "Ada"
"Siapa?"
"Lily, teman El" Ayres terkekeh. "Bukan perempuan, tapi laki-laki"
"Uhmm, sebenernya semua dekat. Tapi... Kakak kelas El agak aneh"
"Aneh?" El mengangguk. "Ada tiga orang, kak Sagara, kak Samuel dan kak Marvell"
Ayres mengangguk. "Bisa deskripsikan sedikit apa yang aneh dari mereka?"
"Uhm, kak Sagara itu sering kasih barang atau makanan ke El, padahal El ga minta tapi El mau. Kak Samuel itu baik, tapi terkadang suka larang El ini itu. Kak Marvell... Sebenernya El ga akrab, tapi dia selalu ada kalau El butuh, kapanpun itu"
Pria itu mengelus punggung sempit Elena, anaknya terlihat mengantuk, tapi ia harus makan dulu. "Jangan tidur sayang, kita harus makan dulu" El hanya mengangguk tidak menjawab, tak lama helaan nafas teratur ia rasakan di dadanya.
"Sepertinya, ada seseorang yang menyukai mu. Atau mungkin... Lebih?"
🍼🍼🍼
Note:
Haiii dah lama banget nihh😍
Akhirnya ujian praktek selesai juga, dengan banyak halangan dan juga perdebatan semuanya berakhir:))
Gimana kabarnya? Baik kan? Jangan kaya Rin oke?
Percaya ga percaya, Rin buka Wattpad cuma sekali waktu hari Jum'at kemarin😭 saking sibuknya sama ujian praktek:)
Ada yang kangen? Kalau ga ada ga apa-apa, Rin ga maksa ko😄
Seneng banget baca komentar kalian tadi, lucu-lucu semuaaa walaupun ditinggal malah makin banyak sider😗
Boleh minta tolong? Rin minta buatin jokes, buat Rin, apapun itu, biar Rin bisa ketawa. Tiga hari, Rin ga bisa senyum, ada hal yang ga bisa dijelasin:(
Boleh yaa, minta tolong🥺Hmm, Elena kenapa tuh?
Maaf kalau berantakan, udah lama ga nulis jadi kaku, semoga besok jempolnya cair biar lancar nulisnya😙
Mau liat El?
By. Pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Widower
Teen Fiction⟨⟨END⟩⟩ "Hiks... Hiks..." Seorang anak kecil menangis dibawah pohon besar dekat taman, mengalihkan atensi seorang gadis yang tengah termenung tak jauh dari posisi anak itu. Dengan inisiatif gadis itu menghampiri sang anak, mendekat. "Hei manis~ kena...