Ayah dan anak itu berjalan menuju ruang tengah, guna menemui Stela juga Jay.
"Daddy, cekalang malam natal?" Tanya Xan, menatap Ayres dengan wajah berbinar.
Ayres menoleh, menatap Xan kemudian mengangguk. Melihat sang Daddy yang mengangguk Xan semakin melebarkan senyumannya, ia akan menghias rumah dengan berbagai macan dekorasi natal.
"Aunty!" Xan berteriak semangat kala melihat Stela sedang duduk dengan uncle nya, Jay.
Mendengar pekikan nyaring suara Xan, Stela menoleh. Gadis itu tersenyum, Xan melepaskan genggaman tangannya dari Ayres berlari kecil ke arah Stela.
Bruk
"miss you aunty~" suara Xan terendam di dada Stela, mendengar suara Xan yang seperti gumaman namun tetap terdengar, ia tersenyum.
"Kangen Xan juga~" Stela mendekap tubuh Xan.
Melihat Stela juga Xan berpelukan, Jay memutar bola matanya jengah. Drama sekali, pikirnya. Ck, iri bilang!
"Aunty, malam ni natal!!" Pekik Xan heboh, Stela hanya mengangguk.
"Ta hias pohon natal yu~" Xan menatap Stela dengan tatapan berbinar. Stela bingung bagaimana harus menjawabnya, jika ini rumahnya ia kan bisa bilang 'iya'.
"Lakukan sesuka kalian, tapi lakukan di taman belakang" Ayres yang mengerti apa yang dipikirkan Stela pun menjawab, mendengar itu Stela senang tak kepalang. Tapi ia tetap harus berhati-hati, Xan masih sedikit demam. Ia tau saat berpelukan tadi, tubuh anak itu masih hangat.
"Ayo, aunty ta hias~" Xan dengan gembira menarik tangan kiri Stela menuju taman yang dimaksud, diikuti Jay dibelakangnya yang menatap datar keduanya.
Mereka berempat sampai di taman belakang, taman sebelah kiri tidak terbuka seperti taman sebelah kanan. Taman ini tertutup dengan dinding kaca yang memperlihatkan hijaunya pepohonan yang tumbuh di belakang rumah besar itu.
"Ini indah" gumam Stela, ini pertama kali ia ke taman belakang sebelah kiri.
Gumaman Stela terdengar ke Indra pendengaran Ayres, membuat lelaki dewasa itu tersenyum senang. Dalam hati tentunya. Ia berjanji akan melestarikan taman ini nantinya.
Jika kalian berpikir ini buka taman, kalian salah. Ini benar-benar taman, dengan rumput sebagai pijakan. Hanya saja sekelilingnya di tutupi oleh dinding kaca, kecuali bagian atap atau langit-langit. Jadi ini termasuk taman tertutup, dan tempat ini dulu adalah tempat favorit mendiang istri Ayres.
Deg
Ayres terdiam, ia kembali memikirkan mendiang istrinya. Bagaimana perasaannya jika ia menyukai orang lain selain dirinya? Apakah ia akan sedih? Ayres mulai bimbang, apa ia akan tetap harus menyukai Stela? Menyukai Stela bukan kesalahan kan? Lagipula mendiang istrinya itu masa lalu, ia harus membuka lembaran baru. Tapi bukan berarti ia akan melupakan mendiang istrinya.
"DADDY!!" Teriakkan Xan berhasil membuat Ayres tersadar dari lamunannya.
"Tenapa melamun?! San pandil-pandil Dali tadi nda dengel" Xan mendengus kesal, Daddy nya sudah seperti kakek-kakek saja. Tidak bisa dengar."Maaf, ada apa?" Tanya Ayres sembari menyamakan tingginya dengan Xan.
"Mana pohon na?" Tanya Xan. Astaga, Ayres lupa soal pohon dan hiasannya.
Ayres tersenyum canggung. "Akan Daddy suruh bawahan Daddy untuk segera membelinya" mendengar itu Xan segera menolak.
"No! Ta beli cendili, cama aunty" kata Xan sambil menggenggam tangan kanan Stela, biasanya dia akan melakukan itu agar daddy-nya menurut.
"Tapi-"
"Talo nda mau, San beli na beltiga aja!" Ayres mengerutkan keningnya.
"Bertiga?"
Xan mengangguk ribut. "Cama uncle Jay"
"Kenapa harus dengan uncle Jay?" Tanya Ayres tak habis pikir, jika mereka pergi bertiga. Maka itu akan terlihat seperti keluarga bahagia, dan itu tak boleh terjadi.
"Oke, Daddy ikut" putusnya akhirnya.
Tiba-tiba ponsel Jay berdering.
"Apa?""..."
"Besok saja" gumamnya kesal, ayolah ini malam natal.
"...!"
"Sialan, tunggu gue" sambungan pun terputus.
Melihat raut wajah Jay yang berubah, Stela bertanya. "Kenapa?" Jay menoleh, kemudian menggeleng sembari tersenyum tipis.
"Gue ga bisa ikut lo, ada urusan. Dan ga bisa di cancel, besok gua janji bakal traktir lo ko" Jay mengusap lembut rambut Stela, tersenyum terpaksa kala ia harus meninggalkan Stela disini dengan kakaknya. Jelas saja itu bukan hal baik, posisinya bisa terancam.
Stela kecewa, tapi ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Bukan ia plin-plan atau bagaimana dengan perasaannya, hanya saja, jika ia bersama Jay ia akan jauh lebih nyaman. Tapi hanya Ayres yang bisa membuat jantungnya berdebar. Ia jadi pusing sendiri.
Gadis itu mengangguk, kemudian tersenyum. "Hati-hati di jalan, jalannya cukup licin" Stela memberikan peringatan, Jay mengangguk bak anak anjing. Perhatian-perhatian kecil seperti ini yang akan membuatnya bertahan di dalam hubungan cinta segitiga ini.
"Lo juga hati-hati, disini banyak crocodile" bisiknya di akhir.
🍼🍼🍼
Note:
Harusnya update ini itu kemarin sekalian malam natal, tapi chapter nya belum beres jadi ga bisa update:(
Rin tau ini telat tapi,
Selamat hari natal bagi yang merayakan 🤗💗❄️Oh iya, Rin akhirnya punya Instagram (≧▽≦)
Tapi masalahnya Rin ga tau ini harusnya digunain untuk apa:(
Untuk promosi bisa ga si?
Nama dan foto profilnya sama kok kaya di wattpad:))
San kiyowo nda? Kyu~ - Xan

By. Pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Widower
Teen Fiction⟨⟨END⟩⟩ "Hiks... Hiks..." Seorang anak kecil menangis dibawah pohon besar dekat taman, mengalihkan atensi seorang gadis yang tengah termenung tak jauh dari posisi anak itu. Dengan inisiatif gadis itu menghampiri sang anak, mendekat. "Hei manis~ kena...