79 ; Many stories

52.2K 3.7K 135
                                    

Ps.
- Chapter ini cukup panjang, sekitar 4600+ words!
- Ga vote&komen? Update bakal sampai bulan depan, dan sequel book ini akan lebih lama untuk publish kembali!!
- Chapter depan ending!!

~Enjoy~

>>><<<

Pagi ini, diawali dengan tangisan kencang si bungsu. Ya, sudah hampir seminggu mereka disini, dan malam ini mereka harus pulang. Namun sayang sekali, si bungsu menolak dan menangis dengan alasan masih rindu sang kakak.

"Sayang, nanti kita main lagi ke sini. Sekarang kita pulang dulu ya, memang El tidak ingin pergi ke sekolah lagi?" Ucap Stela lembut, ia duduk di samping Elena yang sedang memeluk erat sang kakak.

"Nda!! Masih mau sama kakak, hiks-" tolaknya.

Xan yang mendengar itu mengelus lembut punggung sang adik, sebenarnya ia juga masih rindu dengan adik cengeng nya ini. Waktu bermain dengan adiknya ini terbilang singkat, itu karena tersela jadwal kuliahnya.

"Oke-oke, bagaimana jika dua malam lagi? Lalu besoknya El pulang? Bukan apa-apa, jika nanti adik kakak yang manis ini ketinggalan pelajaran bagaimana? El mau tidak naik kelas?" Tanyanya mencoba untuk memberi pengertian pada sang adik, Ayres ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditunda kali ini, maka dari itu mereka harus pulang, terlebih El harus sekolah.

Mendengar banyak pertanyaan dari sang kakak membuat si bungsu menggeleng ribut, dia tidak mau ketinggalan pelajaran.

Perlahan si bungsu melepaskan pelukannya, tangisnya masih sesenggukan. Ia menatap sang kakak dengan mata sembab dan hidung yang memerah.

"El boleh nginep lagi?" Tanyanya lucu, sang kakak mengangguk. Tangan besar itu mengusak surai sang adik, membuatnya menjadi sedikit berantakan.

"What did I say before? Anything for my little sister" ia tersenyum gemas menatap sang adik yang terburu-buru mengusap air mata yang jatuh ke pipi tembam kemerahan itu, kemudian ia menatap sang kakak dengan senyum manisnya, mirip seperti sang mommy.

"Hihihi~ makasih banyak kak!!" El kembali memeluk erat perut sang kakak masih dengan senyuman nya, sang kakak hanya terkekeh.

Beralih pada pasutri yang sedari tadi menatap interaksi kedua anak mereka, perasaan hangat muncul. Keluarga yang mereka impikan, mereka akan mempertahankan keluarga mereka untuk tetap seperti ini bagaimanapun caranya.

Stela menatap sang suami yang tengah menatap kedua anak mereka, apakah sang suami bisa menunda pekerjaan itu? Yang ia tau itu sangat penting.

Jemari lentik itu mengelus lengan kokoh sang suami, walaupun sudah berumur, tapi Ayres tidak setua itu. Sang suami juga rajin berolah raga, katanya bukan hanya agar sehat tapi juga agar Stela tidak memandang lelaki lain selain dirinya.

"Sayang?" Panggil nya pada sang suami? Oh! Apa kalian agak berbelit dengan panggilan Stela pada Ayres? Jadi begini, jika hanya berdua Stela akan memanggil Ayres dengan sebutan 'kakak' namun jika sedang bersama anak-anak mereka, Stela tidak akan memanggil sang suami kakak'. Yang benar saja! Saat ia panggil yang menoleh ada dua orang.

Merasa terpanggil sang suami semakin mendekat pada sang istri yang duduk di ranjang si sulung, menatap tanya sang istri yang barusan memanggilnya.

"Pekerjaannya... Bagaimana?" Tanyanya khawatir, sang suami tersenyum tipis. Mengelus pipi lembut sang istri sayang.

"Aku akan mengerjakan yang bisa dikerjakan dari jauh disini, jika aku harus turun tangan, maka akan aku lakukan saat kita pulang nanti" jawabnya sambil menatap lembut sang istri yang terlihat cemberut.

Mafia Widower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang