"Ramai sekali, sedang membicarakan tentang apa?" Tanya Ayres yang baru keluar dari kamar mandi.
Stela menoleh kemudian tersenyum dan menggeleng. "Engga kok" jawabnya.
"Bubu kebawah dulu ya, mau taro ini" ucap Annette yang seakan mengerti kalau mereka berdua butuh sedikit berbicara.
Ayres juga Stela mengangguk, Annette pergi kebawah, sedangkan Xan sudah sibuk balkon yang dilapisi kaca dengan banyak mainan disana.
"Sudah makan kan?" Tanya Ayres, gadis itu mengangguk.
"Sekarang tid-"
"Cerita dulu kak, soal Xan" sela Stela cepat.
Pria itu menggigit bibir bawahnya ragu, menatap Stela tepat pada matanya. Namun akhirnya ia mengangguk, toh, Stela harus tau apa yang akan terjadi pada calon 'anaknya' kan?
Ayres duduk bersandar di atas kasur, mengkode Stela agar mendekat. Gadis itu menurut, menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan pria itu. Menyamankan posisi duduknya agar tak mengganggu saat Ayres bercerita nanti.
"Ayo cerita!" Ucapnya semangat.Pria itu terkekeh, kemudian mengangguk. "Jadi, malam dimana kamu di hilang. Terjadi sedikit masalah disini, Xan lah masalahnya. Malam itu kami semua sibuk mencari tau keberadaan mu, tapi saat sedang serius, tiba-tiba saja terdengar suara teriakkan dari arah taman belakang. Kami yang berada diruang tamu jelas bingung, dengan panik kami berlari ke belakang,"
"Saat kami sampai di belakang, ada dua maid yang hanya berdiri mematung menatap ke arah luar pintu halaman belakang. Saat saya tanya kenapa, mereka malah menunjuk ke arah luar,"
"Dan kamu tau apa yang terjadi?" Tanya Ayres pada Stela yang mulai melingkarkan lengannya di perut berotot Ayres, yang mana membuat Ayres sendiri merasa nyaman.
Gadis itu menggeleng saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan, menatap Ayres dengan tatapan penasaran.
"Xan membunuh seorang maid" bisik Ayres yang membuat Stela bergidik.
Gadis itu terkejut, menatap Ayres tak terbaca. "B-bagaimana bisa?" Tanyanya lirih.
Pria itu menggeleng. "Saya juga awalnya tidak tau apa yang terjadi. Lalu setelah itu kami membawa Xan segera ke dokter, dan tidak ada masalah dari segi fisik dan kesehatan nya. Sampai dokter yang memeriksa Xan bilang kalau Xan lebih baik dicek secara mental"
"Dan kami direkomendasikan seorang psikiater kenalan nya. Kami membawa Xan ke tempat dokter itu, dia memeriksa Xan secara menyeluruh-"
"Terus??" Tanya Stela tak sabaran. Ayres terkekeh gadisnya menggemaskan sekali.
"Xan ditanya beberapa hal, anak itu menjawab semuanya dengan jujur dan lancar. Dan dokter itu bilang kalau Xan tidak memiliki kepribadian ganda atau semacamnya seperti mu, dia melakukan semuanya atas keinginannya sendiri" ucap Ayres sambil menghela nafas panjang, ia masih tak percaya anaknya yang masih kecil itu melakukan hal keji yang harusnya dilakukan setelah dia dewasa.
"Lalu?" Tanya Stela yang sudah tidak se semangat tadi, ia cukup shock.
Melihat gadis nya yang langsung murung dan sedih, Ayres mengelus lembut puncak kepala Stela dengan sayang. "Jangan terlalu dipikirkan, oke?" Stela mengangguk lesu.
"Apa alasan Xan ngelakuin itu?" Tanya Stela lagi.
"Xan bilang karena acara memasak di tv" jawab Ayres yang terdengar tak masuk akal, Stela mengernyit bingung.
"Acara memasak?" Tanyanya memastikan, Ayres mengangguk.
"Dia bilang...
"Uncle doktel, yang di tipi kaya San nda apa-apa tuh!" Ucap Xan tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Widower
Teen Fiction⟨⟨END⟩⟩ "Hiks... Hiks..." Seorang anak kecil menangis dibawah pohon besar dekat taman, mengalihkan atensi seorang gadis yang tengah termenung tak jauh dari posisi anak itu. Dengan inisiatif gadis itu menghampiri sang anak, mendekat. "Hei manis~ kena...