Stela kembali di seret menuju lantai 3, namun tidak langsung ke tempat pelelangan, ia akan diobati dan didandani sebentar.
"Pakai ini" ucap wanita itu pada Stela yang duduk di depan cermin besar dengan wajah yang sudah dipoles makeup.
Wanita itu menyodorkan sebuah kemeja tipis berwarna putih pada Stela, gadis itu hanya menatap datar pakaian itu lalu berdecih.
"Kau saja yang pakai""Sial! Cepat gunakan atau-"
"Atau apa? Kau akan memanggil pria tadi untuk menembak dan mengancamku?" Tanyanya sembari memasang raut wajah menyebalkan.
"Coba saja" lanjutnya.
Mendengar ucapan itu, wanita itu menarik kasar dagu Stela agar menatapnya. Stela tersenyum manis.
"Anda cepat sekali dipancing""Dengar, jika kau tidak memakai baju ini sekarang juga. Maka tempat mu bukan di tempat pelelangan manusia, melainkan pelelangan organ tunggal" wanita itu sedikit merasa menang saat Stela diam setelah mendengar ucapannya, namun ternyata ia salah.
"Lantas, aku harus takut?"
>>><<<
"Nona Stela sedang digantikan bajunya boss"
"Akan ada beberapa orang yang akan kesana nanti, terus awasi Stela. Saya akan datang sedikit lebih lama"
Pria yang sedang menelepon itu mengernyit bingung. "Memang ada masalah apa, boss"
Terdengar suara helaan nafas disebrang sana.
"Ada sesuatu yang sulit dijelaskan disini""Baiklah, saya akan lakukan seperti perintah" lalu setelah itu sambungan terputus.
Pria itu adalah Sean, dokter yang pribadi serta sahabat baik Ayres. Mengapa cara bicaranya formal? Ia tetap harus profesional dalam bekerja.
Sean juga baru mengobati luka tembak pada Stela barusan. Sebenarnya ada sedikit kejanggalan saat ia melihat Stela, gadis itu bukan seperti yang sering Ayres katakan. Seperti; pemalu, ramah dan lain' sebagainya. Namun memang gadis itu murah senyum, tapi... Senyumannya sedikit berbeda.
Sean sudah berada disini sejak minggu lalu, dan ia cukup terkejut saat seorang anak buah Ayres ada diantara orang-orang itu.
Namun setelah diberi penjelasan ia paham mengapa orang seludupan Ayres berada disini, itu karena Stela.
Dan hal mengejutkan lainnya saat beberapa orang disana membopong 3 temannya ke tempat Sean di lantai 3. Sean cukup terkejut saat mereka semua sudah tiada.
Kembali lagi pada Stela, ia harus memikirkan cara agar ia bisa sedikit berbicara dengan leluasa pada Stela.
Tiba-tiba pintu ruangan yang Stela masuki terbuka, menampilkan seorang wanita dengan pakaian ketat pendek serta polesan wajah tebal keluar.
"Bukannya kau dokter yang dipanggil itu?" Tanya wanita itu.
Mendapat pertanyaan yang terlalu tiba-tiba Sean mengangguk cepat.
"Apa apa?" Tanya wanita itu sedikit mendekat.
"T-tidak" jawab Sean gugup, sial.
"Mengapa ada disini?" Sean diam, namun sedetik kemudian sekelebat ide muncul di kepalanya.
"Bukankah gadis yang tertembak tadi ada diruangan ini? Ada sedikit kesalahan saat saya mengobatinya tadi. Saya harus memeriksanya" ucap Sean lancar.
Wanita itu menatap Sean intens, namun kemudian ia mengangguk dan pergi.
Dengan cepat Sean masuk kedalam, terlihatlah Stela yang tengah terduduk di depan cermin.
>>>><<<<
"Bagaimana?"
"Tidak ada yang salah dengan tuan muda, dari segi fisik tentunya. Tapi mungkin tuan muda harus dicek dari kesehatan psikis nya. Bisa saja kejadian ini dipicu dari hal yang baru saja dilihatnya atau hal lainnya, terkadang pikiran anak-anak sedikit sulit ditebak" ucap dokter itu.
Ayres mengangguk paham, menatap Xan yang tertidur di pangkuannya karena obat bius.
"Saya rekomendasikan seorang psikiater kenalan saya, dan akan saya hubungi anda jika beliau tidak memiliki jadwal yang padat" lanjut dokter itu.
Annette yang berada disebelah Ayres mengangguk. "Terimakasih"
Dokter itu bangkit kemudian pamit pulang.
Annette terdiam, menatap Ayres yang sedari tadi terus menatap Xan. Wanita itu menghela nafas. "Jangan terlalu dipikirkan, nanti kamu bisa sakit. Kita akan periksa Xan dan cari tau dia kenapa, jadi jangan sedih begitu dong.."
Wanita itu menarik lembut kepala Ayres agar bersandar di bahunya, Ayres menurut.
Jay yang berada didepan mereka diam, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Xan tadi baik-baik aja, dia juga lagi nonton TV di ruang tengah" celetuk nya tiba-tiba.
Ayres dan Annette menatap Jay, pemuda itu mengerutkan keningnya dengan tangan yang bersidekap dada.
"Apa yang bocah itu liat? Semua pasti dipicu oleh sesuatu"
🍼🍼🍼
Note:
Hayy!!
Ga jelas banget ini Weh😭🙏Itu Xan kenapa juga?!
Oh iya, maaf ya kalau cerita ini terkesan ngelantur. Namanya juga masih KECIL kan ya😌 umurnya Rin juga baru 15, jadi ga mungkin ceritanya bakal sebagus penulis lain😊🙏
Bryna cantik ya(༎ຶ ෴ ༎ຶ) - Rin
Iya dong, kan puna Xan. Ya kan Blyna? - Xan
No, Blyna puna kakek - Bryna
By. Pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Widower
Teen Fiction⟨⟨END⟩⟩ "Hiks... Hiks..." Seorang anak kecil menangis dibawah pohon besar dekat taman, mengalihkan atensi seorang gadis yang tengah termenung tak jauh dari posisi anak itu. Dengan inisiatif gadis itu menghampiri sang anak, mendekat. "Hei manis~ kena...