38

98K 8.6K 192
                                    

Seminggu sejak kejadian dirumah sakit hari itu, Ayres sama sekali tak mengijinkan Xan keluar rumah sedikitpun kecuali dihalaman dan diawasi banyak anak buahnya.

Alasannya? Pertama, jelas ia masih belum siap jika Xan bertemu dengan Annette -Walaupun sebenarnya Xan sudah bertemu dengan Annette-. Lalu bagaimana dengan respon Xan saat melihat Annette dirumah sakit? Anak itu hanya mencoba untuk menahan suaranya yang ingin memanggil Annette saat otaknya berputar dan mengingat janjinya kala itu.

Lalu alasan kedua? Ada beberapa oknum yang mulai keluar secara terang-terangan untuk menculik Xan. Kenapa? Xan adalah kelemahan terbesar Ayres, jika mereka berhasil menculik Xan dan menyekap Xan. Maka akan lebih mudah jika mereka ingin meminta Ayres turun dari tahta dunia gelap mereka, dan memberikan hampir seluruh saham milik Ayres yang berada di mana-mana. Jelas itu sangat menguntungkan.

Ia juga belum bertemu lagi dengan Stela, ia terlalu sibuk dengan berkas-berkas dikantornya. Namun tetap saja, ia selalu mengawasi pergerakan Stela dimanapun itu. Pasalnya, sudah beberapa kali mereka keluar bersama. Itu bisa saja membuat musuhnya diluaran sana bukan hanya menculik Xan tapi juga Stela.

Ayres menghela nafas panjang, dirinya lelah. Sudah sekitar 4 hari kebelakang ia sulit sekali untuk tertidur, pola makannya semakin tidak teratur, lebih sering tertidur dikantor sampai hampir lupa jika ia memiliki seorang putra.

Pria beranak satu itu bangkit dari duduknya, sudah pukul 5 sore. Waktunya untuk pulang.

Di dalam mobil Ayres sedikit melamun, ia merindukan Stela omong-omong. Ia rindu saat Stela mengusap lembut punggungnya saat sedang emosi, ia rindu senyum Stela, pipi tembam nya, rambut panjangnya, dan bibir Semerah ceri nan hangat- tunggu, kenapa jadi ambigu?

Ayres menggelengkan kepalanya, berusaha menepis pikiran kotor yang tiba-tiba terlintas di kepala nya. Ia sudah gila, padahal hubungannya dengan Stela pun belum jelas.

Mobil Zenvo ST1 itu berhenti saat lampu merah menyala. Matanya sibuk memperhatikan para pejalan kaki yang menyeberang, sampai matanya menangkap sosok yang dikenalnya. Siapa? Abigail.

Wanita itu menggandeng seorang pria yang bahkan jauh lebih tua dari Ayres dengan mesra, dengan beberapa kantor belanjaan yang Abigail bawa dan sisanya dibawa pria tua tersebut.

Ayres menyeringai, benar dugaannya jika Abigail adalah wanita bayaran satu malam. Tidak mungkin pengangguran seperti Abigail bisa menggunakan pakaian serta barang-barang mahal jika tidak melakukan hal seperti 'itu' bukan?

Lampu berubah menjadi hijau, Ayres kembali melajukan mobilnya. Pulang. Namun sebelum pulang ia mampir ke toko mainan juga membeli beberapa makanan manis untuk Xan. Sebagai ucapan permintaan maaf tentunya.

Sampai dirumah besar itu, Ayres turun dari mobilnya setelah memarkirkan mobilnya. Membawa turun belanjaannya sendiri tanpa maid, walaupun sang maid sudah menawarkan diri.

Dilihatnya ruang tamu, rapi. Tidak ada berserakan mainan dimana-mana, lalu dimana Xan?

"Tuan muda ada di kamarnya tuan, setelah mandi tuan muda ingin menggambar di kamarnya. Juga tuan muda sedang bersama dengan nona Bryna" ujar salah satu maid disana.

Awalnya Ayres diam, Bryna?. "T-tadi saat kami akan belanja bulanan, ternyata tuan muda ikut bersama kami di kursi belakang. Karena tuan muda terlalu kecil, jadi kami baru sada s-saat di supermarket" jelas sang maid.

"Saat kami baru mau meminta salah satu pengawal agar membawa tuan muda pulang, tuan muda malah menangis. Akhirnya kami hanya memanggil para pengawal agar lebih banyak pengawasan. Lalu saat kami berbelanja, kami bertemu dengan nona Bryna dan Kakek neneknya. Dan tuan muda memaksa ingin bermain dengan nona Bryna, tapi tidak kami perbolehkan karena aturan anda. Berakhir nona Bryna yang bermain kesini" lanjutnya.

Mafia Widower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang