Rencana pun dilakukan, Stela memutar kunci pada lubang kunci di pintu besi itu.
Clak!
Sial, suaranya terlalu nyaring. Stela menoleh pada semua yang ada dibelakang. "Aku keluar dulu, nanti aku balik lagi oke?"
Lalu setelah itu Stela membuka perlahan pintu besi yang lumayan berat itu. Setelah berhasil keluar Stela kembali menutup pintu itu dan menguncinya, itu dilakukan agar rencananya akan tetap berhasil.
Tap
Tap
Tap
Suara langkah kaki Stela terdengar bergema, tanda bahwa lantai ini cukup bahkan sangat sepi sepertinya. Dari kejauhan terlihat ada sebuah lorong dengan arah yang berbeda.
Gadis itu dengan perlahan berjalan sedikit menempel pada tembok, sampai pada ujung tembok matanya sedikit mengintip di balik tembok. Baru saja Stela baru akan menyimpulkan bahwa lantai itu sepi, tapi ternyata ia salah. Sedetik kemudian suara gelak tawa terdengar dari lorong kanan.
Jelas itu membuat Stela panik bukan kepalang, ia sendiri tidak tau mereka akan lewat ke mana.
"Sial!" Stela mengumpat, suara orang-orang berbicara itu semakin dekat.
Untuk menenangkan diri Stela menarik nafas panjang, dan membuangnya perlahan. Ia akan tetap diam pada posisinya.
Satu detik ...
Lima detik ...
Sepuluh detik ...
Semakin di dengar suara orang-orang seperti ada tiga orang, Stela tersenyum manis. Cukup mudah, pikirnya.
Derap langkah mereka semakin dekat, sekitar 10 langkah lagi menuju Stela.
"Siapa kira-kira?"
"Tadi ada yang bilang kalau ada tawanan baru, yang itu saja"
"Katanya dia dekat dengan pemilik Dexter company, hebat juga jalang itu sampai pemilik Dexter company itu tergoda"
"Tapi dia memang cantik"
"Di atas tadi ada yang bilang kalau gadis itu membunuh teman mereka, tapi aku tidak percaya"
"Benarkah?"
"Ya, tadi saat diatas aku mendengarnya dari anggota kelas D"
'Dan itu benar dasar bodoh' batin Stela menyeringai.
Stela merogoh saku sweater nya, mengambil pisau dan satu suntikkan yang tadi ia ambil.
Saat derap langkah sudah mengarah padanya, Stela sudah siap tentu saja.
"Bagaimana jika- HEY!!" Salah satu dari mereka berteriak saat melihat temannya terkapar dengan sebuah jarum suntik yang tertancap di leher nya.
"SIALAN-"
Bless!
Satu lagi terjatuh dengan sebuah pisau yang tertancap di dadanya, dengan cepat Stela mengambil pistol yang berada di saku pria itu.
Klek
Pelatuk hampir saja ditarik jika saja Stela tak mengingat rencananya.
Dor!
Satu timah panas dilepaskan, mengenai bahu kanan Stela. Yang juga merupakan kelemahannya, sial!
Dengan cepat pria itu mengambil kesempatan agar Stela segera dibawa ke lantai 3.>>><<<
"Jadi Stela hilang?" Tanya Annette tidak percaya.
"Maaf" ucap Ayres sambil menunduk dalam.
"Terus ga lo cari? Ko lu bego si?"
Ayres menatap tajam adiknya itu. "Ada sesuatu yang harus dipastikan terlebih dahulu, tentang Stela"
Annette mengernyit bingung, tubuhnya mendekat pada si sulung. "Ada apa dengan Stela?"
Pria itu menggigit bibir bawahnya ragu, haruskah ia memberitahu Annette sekarang? Tidak apa-apa jika ia memberi taunya?
Baru saja kedua belah bibir itu ingin mengucapkan sebuah kalimat, pekikkan dari para maid di taman belakang membuat Ayres, Annette juga Jay segera berlari menuju suara itu.
"Ada apa?!" Nafasnya tersengal, menatap maid yang terlihat ketakutan.
"T-tuan muda" ucapnya dengan nada bergetar, telunjuknya menunjuk pada bocah kecil yang berdiri dibawah pohon sembari menatap mereka polos.
"Hihihi, hawloo Daddy~"
🍼🍼🍼
Note:
Hm, ga gantung kan?
Jujur Rin lagi kecewa banget sama diri sendiri yang nulis cerita ga jelas yang alurnya bahkan udah ketebak:)Btw, Xan kenapa tuh🤔 kok maidnya takut gitu?
Oh iya, kalian kalau baca book lain lebih suka baca spoiler dulu atau engga?
Wiuu~ - Xan
By. Pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Widower
Teen Fiction⟨⟨END⟩⟩ "Hiks... Hiks..." Seorang anak kecil menangis dibawah pohon besar dekat taman, mengalihkan atensi seorang gadis yang tengah termenung tak jauh dari posisi anak itu. Dengan inisiatif gadis itu menghampiri sang anak, mendekat. "Hei manis~ kena...