"Pak, mau kemana? Setelah ini akan ada rapat" tanyanya saat melihat sang bos pergi dari ruangannya.
"Tanpa saya pun, saya yakin kamu bisa handle semuanya" katanya sambil mengenakan jasnya sambil berjalan, meninggalkan sang sekretaris yang melongo melihat bos nya yang meninggalkan pekerjaan untuk pertama kalinya.
Pria itu menggunakan mantelnya, musim semi akan berlalu cuaca mulai mendingin. Ia harus pulang cepat, maid di rumah menelponnya. Mereka bilang Xan demam, makanya dia sekarang tengah terburu-buru untuk pulang.
Sebelah tangannya sibuk mencari nomor dokter pribadinya di ponselnya, sedangkan tangan satunya sibuk menyetir. Matanya sesekali beralih dari jalanan ke ponsel, dokternya susah sekali di hubungi!
Tak lama ia sampai di rumah, memarkirkan asal mobilnya. Ia langsung naik ke atas lewat lift, menekan angka 3 disana. Bibirnya lagi-lagi mengumpat lantaran lift terasa lama sekali untuk sampai ke atas.
Ting!
Pintu lift terbuka, segera ia berlari ke kamar Xan.
Brak!
Pintu di buka dengan tak sabaran, pria itu terlihat terengah-engah dengan gurat wajah khawatir yang ketara. Ia segera menghampiri gumpalan selimut di atas kasur, ia mengkode para maid serta penjaga agar keluar dari kamar Xan.
Setelah mereka semua keluar dari kamar Xan, pria itu segera mendekat. Mendudukkan dirinya di sebelah gumpalan selimut itu, terdengar suara lirih dari sana.
"Xan?" Panggilnya lembut.
Gumpalan selimut itu hanya bergerak sedikit lalu kembali diam, pria itu membuka selimutnya. Terlihat Xan dengan wajah sendu nya, hidung dan pipi tembam nya memerah. Membuat pria itu segera mengangkat balita itu ke gendongannya.
Menepuk-nepuk pelan pantat semok itu, sambil menyelimutinya dengan selimut tebal itu. Balita itu terlihat gelisah, ia tak bisa diam.
"Ddy?"
"Ya, baby? Kenapa hm?" Tanyanya sambil menimang-nimang balita itu agar tertidur.
Balita itu menarik ingus nya, lalu berkata. "Mau aunty~" katanya merengek.
Pria itu menghela nafas, ia jelas ingin menolak. Namun jika anaknya yang meminta, ia bisa apa?
"Iya, akan Daddy suruh aunty datang"
>>><<<
"Stela, hari ini dingin. Kamu kenapa cuma pakai Hoodie?" Tanya July.
Stela yang ditanya menoleh, lalu tersenyum. "Aku pikir ga akan sedingin ini, kalau tau bakal sedingin ini aku bakal pakai syal juga" katanya sambil menggendong tas ransel nya.
"Pulang bareng aku ga?" Tanya Aiyla.
"Emang kamu ga dijemput?" Tanya July.
Aiyla menggeleng. "Supir lagi cuti sementara, istri sakit" katanya sambil menggendong tas ransel nya.
Stela mengangguk. "Ayo kita bareng, tapi nanti kita ke pisah di perempatan sana. Soalnya aku mau kerja" kata Stela sambil melangkah keluar.
"Oh iya, kamu jadwal guru privat si tengil itu kan? Yang sok cuek tapi perhatian itu?" Tanya July, mode julid keluar.
Stela hanya menggeleng dan terkekeh. "Iya, tapi akhir-akhir ini dia mulai rajin belajarnya. Udah ga males-malesan kaya dulu" kata Stela senang, ia merasa sudah menjadi guru yang baik.
"Hm, mencurigakan" kata Aiyla dengan bibir bawah yang maju ke depan, dan langsung mendapat tampolan dari July.
"Ngapain monyong-monyong gitu? Pen di cium? Percuma, crush ga nengok juga" katanya berdecih.
"Jahat!!" Kata Aiyla mendramatisir.
Sedangkan Stela hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan teman-temannya itu, mereka terkadang memang Suak bertingkah random. Tapi jika dalam mode serius, mereka terlihat menyeramkan.
Saat ketiganya sedang berceloteh ria, seseorang memanggil dengan nada datarnya.
"Stela/Stela!"
Oh tunggu, itu bukan satu orang..
Tapi dua orang.
🍼🍼🍼
Note:
Akhirnya update!! Tapi ga bisa double update dulu...
PAS kemaren bikin pusing BANGET, sampai virus ngebug Jamal nular pas liat keyboard:")Xan sakit, jadi mari kita doakan semoga bisa cepat sembuh:(

By. Pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Widower
Teen Fiction⟨⟨END⟩⟩ "Hiks... Hiks..." Seorang anak kecil menangis dibawah pohon besar dekat taman, mengalihkan atensi seorang gadis yang tengah termenung tak jauh dari posisi anak itu. Dengan inisiatif gadis itu menghampiri sang anak, mendekat. "Hei manis~ kena...