Setelah Jay yang pulang duluan tadi, Stela, Xan juga Ayres segera berangkat membeli aksesoris natal agar tidak terlalu malam.
"Aunty, nti ya hias yang bagus ya~" Xan terlihat sangat senang menyambut malam natal tahun ini, ia sedari tadi terus berbicara soal menata aksesoris nya agar terlihat cantik. Stela tersenyum, anak dipangkuannya benar-benar tak bisa diam. Jujur saja, ia lebih suka anak yang ceria seperti Xan daripada anak yang lebih banyak pendiam, tapi bukan berarti ia membenci anak pendiam. Hanya saja, melihat anak kecil yang tersenyum dan ceria seperti ini ia merasa lega. Mereka tak seperti dirinya dulu, yang menjadi anak pemurung dan pendiam karena perlakuan ibu panti saat itu.
"Kita bisa lakukan apa yang Xan mau. Tapi lebih baik sekarang kita turun, kita sudah sampai" ujar Ayres ditengah-tengah celotehan bocah imut itu.
Mereka bertiga turun, dengan Xan yang berada di gendongan Stela. Mereka berjalan masuk ke toko besar itu, dengan tema natal yang meriah.
"Ada yang bisa kami bantu?" Tanya seorang pelayan wanita dengan senyum genit pada Ayres.
"B-bukankah anda pemilik perusahaan Dex company? Yang sangat besar dan terkenal itu? Astaga, ternyata anda jauh lebih tampan dari yang kulihat dari televisi juga internet. Biarkan aku yang melayanimu, aku karyawan terbaik disini. Jadi kau tak perlu meragu-"
"Belicik! Telinga na cakit tau, aunty milip jangklik! Belcuala telus!" Xan kesal, wanita itu terus saja mengoceh. Membuat telinga nya sakit saja.
Sedangkan Ayres sendiri tersenyum tipis dengan ucapan anak nya itu. "Xan, ga boleh gitu. Ga sopan" Stela menasihati Xan, ucapan Xan buka untuk ditiru.
Ayres sendiri memandang datar wanita itu. "Kami butuh beberapa ornamen natal" Stela mengatakan tujuannya datang ke toko ini.
Wanita itu merubah raut wajahnya, ia cukup kesal karena bukan Ayres sendiri yang menjawabnya. "Lakukan segera!" Ayres berucap dingin, dengan suara deep nan seksi itu. Pelayang itu mengangguk semangat dengan senyum lebarnya.
Setelah wanita tadi pamit undur diri, Ayres segera mengajak Stela memilih lampu Natal. "Menurut mu mana yang cocok?" Tanya Ayres.
Stela menoleh menatap Ayres sekilas, kemudian kembali menatap berbagai macam jenis lampu Natal disana. "Semua juga bagus, bingung milihnya" jawab Stela seadanya, karena memang itu adanya.
"Yang ni aja!" Xan dengan semangat menunjuk pada lampu yang disusun paling atas. Stela pun mendongak, itu cukup bagus, pikirnya.
Lengan kecil nan kurus gadis itu terulur ke atas, berusaha menggapai lampu dalam box itu. Namun sayang, tinggi badannya tidak cukup sampai untuk meraih box itu. Padahal tingginya 160cm.
"Biar saya saja" dengan inisiatif Ayres mendekat dan mencoba meraih box itu, tubuh besar Ayres mendekat. Jika dilihat sekilas, posisi Ayres yang berada di belakang Stela membuat gadis itu tertutup dengan tubuh itu.
Nafas Stela tercekat, ini pertama kalinya berdekatan dengan pria dalam jarak sedekat ini. Kecuali Jay tentunya.
Ayres menjauhkan badannya ketika box itu telah berada pada genggamannya. "Ini"
Ucapnya singkat sembari memberikan box itu pada Stela yang masih terdiam. Sungguh jantungnya berdegup kencang."Hey, dengar saya tidak?" Telapak tangan besar itu berkibas di depan wajah Stela, membuat Stela tersadar dari keterdiamannya.
"Iya, apa?" Tanyanya bingung, saat wanita tadi sudah berada di samping Ayres.
"Wanita ini bilang, beberapa ornamen sudah habis di toko ini. Jadi kita cari di toko lain" wanita itu tertegun, ini pertama ia mendengar Ayres berbicara sebanyak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Widower
Teen Fiction⟨⟨END⟩⟩ "Hiks... Hiks..." Seorang anak kecil menangis dibawah pohon besar dekat taman, mengalihkan atensi seorang gadis yang tengah termenung tak jauh dari posisi anak itu. Dengan inisiatif gadis itu menghampiri sang anak, mendekat. "Hei manis~ kena...