"KEMANA KALIAN TADI HAH?!"
"M-maaf, kami ceroboh tak cepat-cepat kembali dari kamar mandi-"
Bugh
"Anda pikir saya peduli dengan kegiatan bodoh mu itu?! Cari Stela sekarang, sialan!"
Sebagian para bawahan itu segera masuk kedalam mobilnya masing-masing dan segera pergi mencari Stela, sedangkan sebagian lagi segera pergi ke bagian cctv supermarket guna mencari tau siapa yang menculik Stela.
Tersisa Ayres dan Xan diparkiran, Ayres segera membawa masuk Xan kedalam mobil dan bergegas pulang. Saat dijalan, tangannya dengan cepat merogoh sakunya, mencari benda pipih pintar di sakunya.
"Jaden"
"Ya, bos. Saya sudah tau masalah itu, segera saya mencari tau siapa dalang dibalik penculikan ini. Setelah saya menemukan jawabannya, saya akan menghubungi anda, bos"
Ayres mengangguk. "Bawa pelakunya hidup-hidup, ada yang harus saya bicarakan dengan mereka" ucapnya dengan smirk menyeramkan di wajahnya.
Disebrang sana Jaden menelan saliva nya gugup, suara Ayres terdengar berbeda dan sangat menyeramkan. Dengan cepat Jaden mengiyakan permintaan Ayres, dan panggilan terputus.
Ayres menghela nafas kesal, setahunya Stela tak punya musuh ataupun seseorang yang tak suka padanya. Orang-orang disekitarnya justru sangat menyukai Stela, kecuali teman-temannya disekolah. Tapi Ayres yakin mereka tidak sampai akan menculik Stela, itu termasuk keterlaluan.
"Daddy?" Panggil Xan.
Dengan segera Ayres mengubah raut wajah menjadi sedikit santai, menatap Xan lembut. " Ya, sayang?"
Xan mengedipkan matanya. "Temana aunty?" Tanyanya lagi, setelah sebelumnya Xan menanyakan hal yang sama.
"Aunty pulang lebih dulu, ada sesuatu yang harus dilakukannya" ucap Ayres yang jelas berbohong.
Bocah itu diam, tetap menatap polos Ayres. "Daddy" panggilnya lagi saat Ayres sibuk menatap jalan sembari menengok ke kanan dan kiri, berharap ia dapat menemukan Stela.
Ayres menoleh cepat. "Ya?"
"San tadi liyat aunty badut" ucapnya polos, Ayres mengerutkan keningnya. Jelas ia tau siapa yang Xan maksud, tapi dimana?
"San liyat aunty badut da di tana, di tempat keleta" ucapnya sambil merentangkan tangannya seolah ada sebuah kereta disana.
"Sial!"
>>><<<
"Akhh" Stela jatuh tersungkur saat sebuah sepatu ber-hak tinggi itu menendang pipinya keras. Pipinya berdarah dengan beberapa lebam ungu kebiruan disana, tangan dan kakinya terikat kebelakang.
"Itu akibatnya karena telah mengambil Ayres dariku!" Desis wanita berpakaian hitam seksi itu sambil mendekat ke arah Stela.
Dengan tanpa aba-aba wanita itu menjambak rambut Stela, gadis SMA itu menengadah, menatap remeh Abigail yang terlihat sangat marah.
"H-hanya segitu?" Nafas nya tersengal, Stela berusaha meraup udara lebih diruangan pengap dan bau itu.
Abigail semakin tak bisa menahan amarahnya, dengan kasar ia membenturkan kepala Stela pada tembok di belakang Stela dengan sangat keras.
"AKHHH!!""JANGAN MENANTANGKU, SIALAN!!" jerit Abigail kesal, ia menghentakkan kakinya kasar, pasalnya sedari tadi Stela tak pernah sedikitpun melunturkan raut wajah meremehkan pada Abigail.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Widower
Teen Fiction⟨⟨END⟩⟩ "Hiks... Hiks..." Seorang anak kecil menangis dibawah pohon besar dekat taman, mengalihkan atensi seorang gadis yang tengah termenung tak jauh dari posisi anak itu. Dengan inisiatif gadis itu menghampiri sang anak, mendekat. "Hei manis~ kena...