Setuju dengan permintaan Xan, Ayres segera menghubungi Stela. Dari mana ia dapat nomornya? Pikir saja, apa yang tidak bisa ia dapatkan dengan cepat?
Nada dering ketiga panggilan tersambung.
"Halo?"
"Siapa?" Tanyanya disebrang sana. Sedikit informasi, ia pertama Ayres menelpon Stela.
"Ayres" jawabnya singkat.
"Oh, ada apa kak?"
"Kamu ada di mana? Xan ingin bertemu " tanyanya to the point.
Beberapa detik berlalu belum ada jawaban. "Stel?" Panggil Ayres.
"Dirumah sakit, kak" jawabnya, yang terdengar sedikit ragu.
Dahi Ayres membentuk garis samar, rumah sakit? Stela sakit?
"Jay kecelakaan kak, lengannya patah. Jadi ku jenguk" ujar Stela selanjutnya.Ayres mengangguk, sedikit menghela nafas lega saat mendengar bukan Stela yang sakit. Tapi adiknya. Tersadar jika Stela tak dapat melihatnya mengangguk ia menjawab.
"Kirim alamatnya ke nomor ini, saya kesana">>><<<
"Daddy, tenapa ta cini?" Tanya Xan saat mobil mahal milik Ayres berhenti dan terparkir rapi di basemen rumah sakit.
Ayres menoleh kemudian tersenyum tipis. "Aunty Stela ada di sini" jawaban itu membuat Xan mengerutkan keningnya.
"Aunty atit?" Ayres menggeleng, membuka sabuk pengamannya juga Xan.
"Uncle Jay yang sakit" jawab Ayres sedikit malas, Xan mengangguk.
Ayah dan anak itu berjalan menuju resepsionis, dengan wajah datar Ayres bertanya. "Kamar atas nama Jaysen Kingsley Avshalom"
Perkataan dingin nan datar yang diucapkan secara tiba-tiba oleh Ayres membuat sang resepsionis yang sedang makan itu tersedak, raut wajahnya sangat ketara kalau ia marah, namun saat mendongak menatap pria tinggi dan tampan itu dengan tatapan menusuk membuat nyalinya ciut.
"M-mohon tunggu sebentar" ucapnya tergagap, jemarinya segera mencari sederet nama yang barusan disebutkan oleh Ayres."D-dengan nama Jaysen Kingsley Avshalom, VIP room 2 lantai 4" tanpa mengatakan sepatah katapun Ayres berjalan menuju lift.
Xan yang berada di gendongan Ayres mengintip sang resepsionis itu, kemudian tersenyum dan terkikik. Membuat sang resepsionis dan beberapa orang yang melihat Xan gemas sendiri, sifat nya berbeda dengan ayahnya. Atau mungkin itu hanya sebuah... Topeng?
Mereka berdua segera naik kedalam lift yang sedikit lengang itu. Sampai perkataan Xan membuat Ayres menepuk dahinya.
"Ddy nda bawa makanan?" Tanya Xan polos.Ayres menghela nafas. "Lupa"
Lengannya segera merogoh saku jas dalamnya, mengambil ponsel dan segera mengirim pesan pada Jaden.To Jaden
Beli sekeranjang buah sekarang!
Send.Kirim ke rumah sakit xxx
Read.From Jaden
Sekarang juga bos?
Tapi saya masih ada di tempat kemarin, dan itu cukup jauh bos🥺Apa-apaan emoticon itu? , Batin Ayres.
To Jaden
Peduli, kerjakan sekarang!
Send.Menjijikkan Jaden!
Read.From Jaden
Ayolah bos, hng🥺"Sialan! Dia membuat ku ingin muntah" gumam Ayres sembari memandang jijik pada ponselnya.
Gumaman Ayres terdengar oleh Xan, bocah itu memiringkan kepalanya bingung, bibirnya mengerucut lucu, dahinya sedikit berkerut.
"Daddy atit? Tenapa muntah?" Tanyanya polos.Ayres menoleh cepat, kemudian menggeleng. "Lupakan, oke?" Ayres tersenyum canggung, dan Untungnya Xan hanya mengangguk, tidak berniat bertanya lebih lanjut.
Lift berhenti tepat di lantai 4, segera ia mencari VIP room 2. Menatap teliti setiap angka kamar, sampai matanya menangkap kamar yang yang dicari.
Tanpa mengetuk, ia membuka pintu itu.
Ceklek
"Astaga!" Seruan terkejut itu terdengar saat pintu terbuka, menampilkan Ayres dengan setelan jas dan Xan yang berada di gendongan pria dewasa itu menatap Stela lucu dengan mata bobanya yang berbinar.
"Aunty!"
🍼🍼🍼
Note:
Haii, temu lagi ni~
Kemaren ga up ngerasa bersalah banget:(
Cape banget kemaren, harus beresin barang ke dalam dus:'Ayres kerumah sakit, nanti kalau ketemu Annette gimana dong😭
Aunty~ - Xan
By. Pinterest
Ehehe, mau ngomong dong bentar🙃
Rin ada book baru, tapi bingung mau dipublikasi atau engga:))Kalau setuju publish bisa kasih komentar (≧▽≦)
Atau mau tunggu book ini beres dulu🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Widower
Teen Fiction⟨⟨END⟩⟩ "Hiks... Hiks..." Seorang anak kecil menangis dibawah pohon besar dekat taman, mengalihkan atensi seorang gadis yang tengah termenung tak jauh dari posisi anak itu. Dengan inisiatif gadis itu menghampiri sang anak, mendekat. "Hei manis~ kena...