puisi memang tidak memulangkan kita,
meski aku menenggelamkan kepala di
bak-bak tinta. aku hanya meminjam
tubuhnya untuk memuat seluruhmu;
pesona, cangkir merah muda, bibirmu,
dan doa-doa setelah kita lalu menyimpannya
di halaman belakang rumah kata.bait-bait yang hening adalah suara kita
yang tertahan, isak yang tertuang, luka
yang mengerangbkita terjebak di antara
salah paham yang membakar wajah.
bertahan sebagai abu yang diembus
mata angin, lalu melebur sebagai
kepergian yang tak diingin.puisi memaktubkan harapan. dari
jantungnya mengalir doa-doa keselamatan,
keheningan, dan kerelaan. kita abadi
kekasih, meski raga sudah tak sejalan.(2021)
—j.j. ehak
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tumbuh dari Kesepian
PoesieTELAH TERBIT mencintaimu adalah mencintai takdir biarpun harus kehilangan. mencintaimu adalah mencintai kegamangan di dasar diriku yang paling kelam. namun, kepadamu aku selalu tumbuh, duduk, dan menetap. -j.j. ehak | @ruangehk