mengingat musim angin

4 3 0
                                    

aku kira, takdir masih saja bermain
dadu di atas awan sambil mengunyah
sebuah garis. di sini aku masih sibuk
merapu puisi yang tumbuh dari
kehilangan paling sakit. aku telan dan
bersemayamlah di makan tubuhku.

memang, puisi tak menuntaskan sepi
di perapian. musim-musim sunyi masih
memunculkan tunas-tunasnya sepanjang
waktu —yang dingin. kadang sebuah kata
mengetuk-ngetuk kertas buram itu dan
bertanya, "untuk apa tubuh itu kau isi
dengan banyak sunyi?"

;aku sedang menerjemahkan diriku
yang hancur dalam lirihnya doa-doa
di musim angin.

dan kenangan-kenangan menggerutu.
memecah riuhnya isi kepala yang
mengikat diriku di kursi pesakitan itu.
mengapa kita sulit mencerna pesan
rahasia dari balik sebuah takdir?

(2021)

Yang Tumbuh dari KesepianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang