saban waktu aku tersesat
di kota mati —penuh dengan
lukisan tubuhmu. pada sebuah
gedung tua yang memendam
suaramu, barangkali di sana
kita perlu merancang temu,
selepas menanggalkan ego;
merenungkan sesal.
orang asing menyapa —dengan
sekantong tanda tanya,
tetapi aku banyak menekur,
menggantungkan buncitnya tanda
tanya pada dinding yang lusuh.ketika di sana —di ranting cemara,
sepasang nuri membacakan puisi
tentang cinta. aku menangkapmu
yang terbang di kepalaku, ketika
cuaca begitu murung.apakah itu rabu atau sabtu?
apakah itu di sebuah museum
tengah kota yang kehilangan kita?
apakah kita masih bisa menatap
satu sama lain?(2021-2022)
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tumbuh dari Kesepian
PoetryTELAH TERBIT mencintaimu adalah mencintai takdir biarpun harus kehilangan. mencintaimu adalah mencintai kegamangan di dasar diriku yang paling kelam. namun, kepadamu aku selalu tumbuh, duduk, dan menetap. -j.j. ehak | @ruangehk