menghidu september

3 0 0
                                    

di kota ini, takkan kautemukan
air langit, angin musim, atau api
dari jalanan itu. tanggal-tanggal hitam
menawanmu dalam suramnya sunyi
di perapian. dan kau hanya tinggal
bersama dinding dan dosa-dosa masa
lalu. kiranya berapa banyak sunyi
yang bisa dihitung dalam sebuah perjalanan?

riuh itu adalah waktu pagi. ketika embun
masih tersenyum menjatuhkan diri di hijau
daun. namun, malam mempersembahkan
lengkung bibir yang asam. kita tetap saja
berselimut sunyi di balik dada, sementara
tempurung kepala tertarik sebuah
garis panjang yang pecah. namun,
bukankah kita lihai berpura-pura?

bulan ke sembilan, tulang-tulang tetap remuk.
daging-daging wajah membusuk, dan kata-kata
kehilangan sihirnya, dan termasuk apa yang
sedang ditulis. jika kita menutup malam, yang
ditemui adalah jasad yang bergelung dalam
peristiwa sunyi. hingga pintu terbuka, mata
jendela tetap saja sayu menahan duka.

barangkali demikian kita; menjejakkan diri,
memasang layar, menghidu susut angin,
dan september yang dingin. dari sini kita
saksikan kota-kota yang bisu, sungai-sungai
mengering, tetapi tubuh tetap basah. dan sunyi
terus membicarakan agungnya sendiri tanpa
peduli bagaimana kita membebaskan
akar-akarnya dari rongga dada.

(2021)

Yang Tumbuh dari KesepianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang