Happy reading!
.
.
.
.
.
Bunyi langkah kaki terdengar sangat terburu-buru memasuki gedung rumah sakit. Tidak mempedulikan teriakan suster yang mendorong brankar ke arahnya. Ia tetap berlari sembari membopong tubuh lemas di pelukannya menuju ke ruang UGD.
" Tuan!! Baringkan pasien disini, Tuan. " Perintah salah satu suster yang sudah berhasil menyamai langkah kakinya tersebut.
Dengan segera ia berlari ke arah brankar dan meletakkan tubuh lelaki manisnya disana. Ia berjalan di sisi sebelah brankar tersebut, ia hendak memasuki pintu UGD. Akan tetapi lengannya segera ditahan, sontak ia menatap tajam ke arah tangan yang menahannya setelah itu beralih menatap tajam si pelaku.
" Lepaskan! " Bentaknya sembari menggoyangkan lengannya agar terlepas.
" Maaf, Tuan. Anda tidak bisa masuk. Harap tunggu disini dengan sabar, Tuan. " Ucap dokter lelaki yang segera beranjak memasuki ruang UGD.
" APA ANDA BUTA?! ISTRIKU SEDANG TERBARING LEMAH DISANA DAN ANDA MENYURUHKU TINGGAL DIAM DISINI?! DIMANA LETAK OTAK ANDA?! " Wang Yibo berteriak ke arah dokter itu, ucapannya sedikit membuat dokter itu menatap kesal ke arahnya.
" Terserah jika anda tidak ingin pasien selamat. " Dokter segera meninggalkannya memasuki ruangan tersebut.
Wang Yibo akhirnya terjatuh di atas lantai dengan menarik rambutnya frustasi. Ia mengingat saat darah segar tidak berhenti mengalir dari lubang anal istrinya yang sempat mengotori kemejanya dan beberapa bagian tubuh yang telah memar dengan sedikit ukiran darah karena ulahnya. Ia tidak menangis, tidak juga merasa kasihan ataupun menyesal, ia hanya tidak ingin istrinya itu meninggalkannya.
Sekitar 30 menit lamanya, dokter pun keluar dari ruang UGD dan segera menghampirinya. " Bisa kita bicara sebentar, Tuan? "
Wang Yibo segera mendongakkan kepalanya dan menatap dengan pandangan bertanya ke arah dokter tersebut. Dokter itu pun menghela nafas panjangnya.
" Pasien mengalami kekerasan seksual. Beberapa bagian tubuhnya terlihat memar dan juga mengalami pendarahan di bagian lubang analnya. Tapi anda tenang saja, kami sudah menghentikan pendarahan tersebut. " Ucap sang dokter, seolah menatap jijik ke arah Wang Yibo, ia melanjutkan perkataannya yang sempat ia jeda. " Sebaiknya anda berhenti melakukan hal seperti itu, Tuan. Utamakan keselamatan istri anda daripada kesenangan anda. "
Wang Yibo tidak menjawab tetapi ia tetap mendengarkan perkataan dokter dengan sangat hati-hati. Wang Yibo tidak peduli dengan itu semua. Memang benar ia tidak ingin istrinya mati meninggalkannya sendirian, namun, ia juga tidak bisa menghentikan kesenangannya tersebut.
Ia melangkah menuju ke ruang VVIP dimana istrinya berada. Lalu ia membuka pintu ruangan itu dan segera menghampiri istrinya yang tengah terbaring lemah dengan mata yang tertutup.
Wang Yibo menggenggam tangan dingin milik Xiao Zhan. Ia menatap ke arah wajah pucatnya.
" Bangunlah, sayang. Jangan tinggalkan aku sendirian. " Wang Yibo menutup kedua matanya dan mengecup lama punggung tangan Xiao Zhan.
Tanpa Wang Yibo sadari, kini Xiao Zhan telah membuka kedua matanya dan tersenyum manis ke arahnya. Lelaki manis itu membelai lembut surai milik sang suami.
" Kenapa kamu tidak membiarkan aku mati saja? " Lirih Xiao Zhan. Suaranya terdengar sangat lemah seolah seperti pita suaranya hampir terputus.
" Tidak. Tidak akan! "
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GLOOM (YIZHAN) ✔
FanfictionWang Yibo sangat mencintai Xiao Zhan, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara melindungi lelaki manis itu. Sebuah sisi gelap di dalam dirinya tidak dapat dikendalikan. Dengan demikian, dia lebih memilih kehilangan daripada terus menyakiti. Namun, keset...