TG 43

1.6K 192 84
                                    

Happy reading!

.

.

.

.

.

Waktu terus berputar tanpa pernah mengeluh sedikitpun, namun terasa lambat sang waktu berganti bagi lelaki manis yang selama sebulan ini masih dirundung kepiluan. Sang jabang bayi yang pergi meninggalkannya dan sekarang sang suami yang entah tidak tau bagaimana kabarnya.

Menangis sudah menjadi rutinitas bagi Xiao Zhan, pagi, siang, sore dan malam pun dirinya tidak pernah lelah menangis seolah persediaan air matanya itu tidak pernah habis.

Tapi berbeda dengan pagi ini. Saat bangun dari tidurnya, Xiao Zhan segera membersihkan dirinya. Setelah itu ia mulai menggunakan pakaian serapi mungkin. Sebuah mantel berwarna merah plum favorite sang suami serta memberikan sedikit polesan pada wajahnya yang terlihat sembab guna menyamarkannya.

Xiao Zhan sendiri tidak tau pasti kenapa hari ini ia memutuskan untuk merias dirinya semenarik mungkin. Entah mendapat bisikan dari mana lelaki manis itu sangat yakin bahwa ia akan bertemu dengan sang suami yang selama sebulan ini menjadi alasan dibalik air matanya yang terus mengalir. Bukankah Wang Yibo akan menjemputnya setahun lagi? Lalu kenapa baru sebulan Xiao Zhan sudah yakin bahwa dirinya akan bertemu dengan Wang Yibo?

Setelah selesai dengan acara merias diri, Xiao Zhan duduk di kursi balkon kamarnya yang menghadap langsung ke arah pagar mansion. Ia tidak ingin melewatkan pemandangan mobil Wang Yibo yang masuk ke dalam mansion keluarga Xiao untuk menjemputnya.

Satu jam telah berlalu, lelaki manis itu masih setia memandang ke arah pagar dengan wajah yang penuh dengan senyuman manisnya.

Tiga jam berlalu..

Lima jam berlalu..

Delapan jam berlalu..

Dan kini tidak terasa langit sudah berhasil merubah dengan sempurna warnanya menjadi jingga, wajah Xiao Zhan pun menggelap bersamaan dengan aura gelap yang terbentang luas di atas langit malam.

Gelap. Sunyi. Hening. Kosong.

Begitulah gambaran keadaan lelaki bermarga Xiao itu.

Tangannya mulai memeluk kakinya yang sudah ia angkat di atas kursi. Memeluk dengan sangat erat sehingga tidak memberikan sedikitpun celah pada seluruh tubuhnya yang merapat. Kepalanya yang tenggelam di kedua kakinya ditambah dengan getaran yang mulai mendera di seluruh bagian tubuhnya dan juga air mata yang mulai meleleh tidak dapat ia tahan lagi.

Menangis? Tentu saja. Tidak enak jika tidak mengakhiri hari dengan tangisannya.

Xiao Zhan menangis sejadi-jadinya sembari terus melantunkan nama orang yang sangat ia rindukan selama sebulan yang terasa seperti beribu tahun lamanya bagi lelaki manis itu.

" Wang Yi.. Hiks. "

Tidak lama setelah itu tangisan Xiao Zhan mereda di kala mendengar bunyi nada dari ponselnya. Meraih ponsel tersebut tanpa membaca nama sang pelaku yang menghubunginya. Lalu menempelkan benda persegi panjang di telinganya setelah memencet tombol hijau dengan tergesa-gesa.

" Wang Yi.. "

" Tuan muda? "

Xiao Zhan menjauhkan sedikit ponsel dari telinganya, mengintip nama yang tertera. Ternyata bibi Luo yang menghubunginya. Ia sempat berharap bahwa sang pelaku adalah suaminya sendiri.

" Tuan muda? "

Panggil bibi Luo dari seberang telepon sekali lagi.

" Tuan muda.. Hiks. Tolong.. "

THE GLOOM (YIZHAN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang