TG 8

2.6K 293 84
                                    

Happy reading!

.

.

.

.

.

Xiao Zhan terlihat sedang menahan ringisannya sembari berbaring menyamping menghadap ke arah jendela. Merasakan lukanya yang perih akibat olesan obat dari Nyonya Xiao. Tangan wanita paruh baya itu bergerak lincah mengobati luka putranya dengan sangat hati-hati.

Saat mendengar ringisan dari sang putra, Nyonya Xiao tidak kuasa menahan tangisannya. Buliran air matanya kini sudah menggenang membasahi permukaan tempat tidur Xiao Zhan.

" Ibu, bukankah aku yang terluka? Kenapa ibu yang terus menangis? " Tanya Xiao Zhan dengan nada yang sedikit menggoda berharap agar ibunya itu bersedia menghentikan tangisannya.

Namun pertanyaan Xiao Zhan membuat tangisan Nyonya Xiao semakin pecah. Nyonya Xiao membuang kasar obat tetes yang ada di genggamannya, tangannya yang bergetar bergerak menangkup wajahnya sendiri, mengusap kasar wajahnya yang terlihat sangat kacau.

" Zhan, ibu.. " Ucapannya terhenti di kala menatap wajah sang putra. Nafasnya seolah tercekat merasakan dunianya seolah berhenti berputar.

" Ibu mana yang tidak menangis jika melihat putranya diperlakukan seperti ini? " Nyonya Xiao berusaha menahan tangisannya. Sungguh hatinya hancur saat menatap ke dalam mata Xiao Zhan.

Xiao Zhan segera mengenakan piyamanya dengan sangat hati-hati, sedikit meringis saat lukanya tergores kain piyama tersebut. Setelah mengancingkan bajunya, ia menghampiri Nyonya Xiao dan segera berlutut menumpukan kedua tangannya di atas pangkuan sang ibu dan mulai menyandarkan kepalanya di atas tangannya.

" Ibu tidak perlu mengkhawatirkanku. " Bujuk Xiao Zhan sembari menggoyangkan kaki ibunya perlahan. " Ibu tau, putramu ini sangat kuat. Maka dari itu berhentilah menangis. Jika ibu menangis aku juga ingin menangis, bu. "

Mata Xiao Zhan mulai memanas, ia berusaha keras menahan genangan air di pelupuk matanya. Ia mendongak menatap sang ibu agar air matanya tidak terjatuh dan memberikan senyuman yang begitu manis.

" Zhan Zhan.. Jika kamu mau, ibu bisa membantumu lepas dari suamimu itu, nak. Ibu tidak memintamu bercerai, tapi tolong pikirkan lagi tentang hal ini. " Lirih Nyonya Xiao. Tangannya terangkat dan membelai surai hitam milik putra kesayangannya.

" Ibu, Wang Yibo sangat mencintaiku. "

Nyonya Xiao mengangguk. Ia menangkup pipi Xiao Zhan. " Ibu tau kalian saling mencintai. Tapi sampai kapan kamu akan menyerahkan dirimu untuk menjadi korban kekerasan Wang Yibo? Apakah kamu akan membiarkan dirimu mati di tangannya? Tidak kan? "

" Walaupun aku harus mati di tangannya, aku akan membiarkannya.. " Bisik Xiao Zhan kembali menundukkan kepalanya tidak berani menatap mata Nyonya Xiao.

Lagi dan lagi Nyonya Xiao tidak dapat membendung air matanya. Ia menangis mendengar jawaban dari sang putra. Jika kalian ada di posisinya, apakah kalian mau membiarkan putra kalian mati dengan sia-sia di tangan suaminya? Atau jika tidak, apakah kalian tega melihat putra kalian disiksa di depan mata kalian sendiri? Tentu tidak. Pasti sakit bukan? Itulah yang Nyonya Xiao rasakan saat ini.

Seolah tidak ingin mendengar lebih dalam perkataan sang putra yang cukup menyakiti hatinya, Nyonya Xiao berdiri dan segera memungut obat yang sempat ia lempar tadi.

" Tidurlah. Istirahatkan badanmu. " Ucap Nyonya Xiao tanpa menengok ke arah Xiao Zhan.

Lantas Xiao Zhan tersenyum walaupun sang ibu tidak melihatnya. Ia segera berbaring di atas tempat tidur dan membenamkan dirinya di dalam selimut. Matanya terpejam dengan sangat erat. Melihat itu Nyonya Xiao segera beranjak keluar dari kamar sang putra.

THE GLOOM (YIZHAN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang