TG 54

1.4K 169 50
                                    

Happy reading!

.

.

.

.

.

Keesokan harinya setelah semua masalah terselesaikan, Tuan Wang dan juga Zhao Liying sudah melakukan perjalannya ke rumah baru mereka di pesisir pantai. Sedangkan saat ini keluarga Xiao tengah asik menikmati waktu akhir pekannya bersama.

Xiao Zhan yang sedang menyiapkan makan siang dibantu oleh Nyonya Xiao yang sedang menyiapkan bahan masakan di sebelahnya.

Sedari tadi mereka tidak melihat batang hidung dua lelaki tampan yang berstatus sebagai suami mereka, ah … biarkan saja. Mungkin mereka sedang melakukan suatu hal yang penting. Cukup menguntungkan bagi Nyonya Xiao dan Xiao Zhan. Jika kedua lelaki itu berkumpul di dapur, kemungkinan besar Nyonya Xiao harus merenovasi dapurnya yang hancur tidak berbentuk.

Tangan Xiao Zhan dengan lincah memasukkan semua bahan yang sudah disiapkan oleh Nyonya Xiao ke dalam kuali. Membubuhkan beberapa jenis bumbu agar masakan tersebut mendapatkan citra rasa yang bisa memanjakan lidah mereka. Xiao Zhan mengaduk makanan tersebut dengan penuh penghayatan terlihat seperti profesor yang sedang mengaduk hasil penemuannya. Terlihat begitu tampan ketika fokus terhadap sesuatu yang sedang ia kerjakan.

Samar-samar kedua orang yang tengah asik di dapur itu mendengar celotehan anak kecil yang siapa lagi pelakunya jika bukan suami kebanggaan Xiao Zhan.

"Wuuuiiiinggggggg … meluncur Ayah!!!"

Xiao Zhan pun akhirnya berpaling ke arah suara tersebut. Melihat bagaimana interaksi dari kedua lelaki tampan itu. Sang suami yang berada di belakang ayahnya, memeluk leher lelaki paruh baya itu, kaki yang melingkar erat di pinggangnya dan juga satu tangan yang mengacung tegak ke depan layaknya seorang superman yang sedang terbang mengarungi luasnya angkasa.

Xiao Zhan tidak bisa lagi menahan kekehannya di kala melihat raut wajah sang ayah yang tertekan. Bagaimana tidak tertekan jika harus menggendong menantunya sendiri di masa tuanya. Tuan Xiao yakin sekali bahwa sebentar lagi tulang punggungnya akan patah menahan beban berat dari tubuh Wang Yibo yang ukuran tubuhnya saja lebih besar dari dirinya.

"Wang Yibo, Ayah sudah tidak sanggup lagi. Hhh …" Ujar Tuan Xiao sembari menurunkan Wang Yibo dari punggungnya. Memegang dan mengusap punggungnya yang terasa panas. Kemudian mulai menatap dengan raut memelas ke arah sang istri. "Punggungku seperti mati rasa."

Lantas Nyonya Xiao menghampiri Tuan Xiao, menuntunnya untuk duduk di kursi meja makan. Begitu susah untuk menahan tawanya dan berakhir menyemburkan sedikit tawanya yang tertahan. "Ppffftt."

"Kenapa kamu tertawa?" Geram Tuan Xiao yang merasa dirinya sedang mendapatkan penghinaan yang begitu besar.

"Bukankah setiap malam kamu selalu berdoa agar Wang Yibo tidak cepat sembuh? Maka dari itu kamu tidak boleh mengeluh seperti ini." Nyonya Xiao kembali tertawa, menertawakan sang suami yang begitu bodoh.

"Aku menyesal." Tuan Xiao mulai mendenguskan nafas kasarnya. Kemudian menatap ke arah sang menantu kecil yang tengah asik menggoda sang putra. "Zhan Zhan, kapan saja jadwal Wang Yibo berkonsultasi?"

"Seminggu dua kali, Ayah." Sahut Xiao Zhan masih fokus kepada lelaki tampan di sampingnya tanpa mengalihkan pandangannya ke arah sang Ayah.

"Mulai sekarang buatlah menjadi setiap hari." Kata Tuan Xiao seperti perintah mutlak di telinga Xiao Zhan.

"Hm?" Xiao Zhan mulai bingung, ia memandang ke arah Wang Yibo sembari berkedip lucu membuat Wang Yibo semakin gencar untuk menggodanya.

"Agar Wang Yibo cepat sembuh." Lanjut Tuan Xiao. Setelah itu ia berjalan keluar dari area dapur diikuti sang istri yang setia menuntunnya berniat untuk mendapatkan beberapa tempelan koyo di punggungnya.

THE GLOOM (YIZHAN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang