TG 66

1.1K 137 45
                                    

Happy reading!

.

.

.

.

.

Tidak ada yang istimewa hari ini, duduk di dalam pesawat yang melakukan perjalanan ke Beijing. Xiao Zhan hanya menikmati pemandangan di luar jendela dengan diam membisu. Langit begitu cerah, beberapa burung melintas di hadapannya. Terbang sembari bersenda gurau satu sama lain. Merasa sedikit iri dan mulai membayangkan betapa asiknya jika ia juga memiliki sayap.

Helaan nafas berat mulai terdengar dari kedua belah bibir milik Xiao Zhan, tatapannya berubah menjadi kosong. Pikiran pun mulai berkelana, hingga tanpa sadar mengabaikan panggilan berkali-kali dari sang suami. Ketika sebuah tangan menyentuh tangannya, mengaitkan jari-jari pada jemarinya dan juga memberikan sedikit usapan membuat Xiao Zhan tersadar. Tatapan kosong kini berubah menjadi tatapan normal, begitu juga dengan ekspresi datar yang sudah menampilkan senyum tipisnya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan, hum?" Suara berat menyapa, Xiao Zhan dengan cepat membalikkan kepalanya menghadap ke arah Wang Yibo yang tengah menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Kemudian menggelengkan kepalanya tanda bahwa Xiao Zhan tidak sedang memikirkan apapun.

Alis Wang Yibo terangkat sebelah, ingin bertanya lebih dalam, namun diurungkannya seolah tidak ingin membuat pihak lain merasa tidak nyaman. Xiao Zhan yang melihat pergerakan halus itu pun segera tersadar jika Wang Yibo menyadari perasaan tersembunyinya. Pada akhirnya mulai menjelaskan hal yang sempat mengganggu pikirannya. "Hanya kekhawatiran biasa."

"Apa kamu keberatan jika kita saling berbagi? Bukan hanya berbagi kebahagiaan tetapi juga berbagi sesuatu hal yang berat." Ujar Wang Yibo sembari memberikan sedikit remasan pada genggamannya.

Wang Yibo sadar bahwa mereka tidak terlalu terbuka satu sama lain sebelumnya hingga menyebabkan beberapa kesalahpahaman, namun saat ini Wang Yibo benar-benar tidak ingin hal itu kembali terjadi. Maka dari itu memutuskan untuk meminta kepada Xiao Zhan untuk bisa saling bekerja sama. Tidak saling menyembunyikan apapun dan saling terbuka. Entah itu mengenai kebahagiaan maupun kesedihan.

Xiao Zhan melihat rahang yang sedikit mengeras. Meski sang pelaku berusaha untuk menahan tindakannya, tetapi masih dapat tertangkap dengan jelas oleh kedua mata Xiao Zhan yang sedari tadi menatap Wang Yibo yang sedang mengalihkan pandangannya ke arah lain. Secepat kilat Xiao Zhan mengecup rahang Wang Yibo hingga membuat otot di sekitar rahang tersebut berangsur-angsur melembut.

"Kita sudah menjadi suami istri, tetapi kamu mungkin tetap menjaga privasimu dan aku sangat menghargai privasimu. Meski begitu tidak bisakah kamu memberitahuku sedikit?" Tangan kokoh Wang Yibo perlahan bergerak membelai lahan mulus di wajah Xiao Zhan. Untuk beberapa saat kedua netra bertemu dan menyelami diri masing-masing hingga akhirnya Xiao Zhan berhasil melepaskan tali yang membelit pandangan mereka.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud menyembunyikan apapun darimu." Tatapan nanar segera terlukis diikuti dengan desahan panjang yang menguar di balik celah bibir sebelum perkataannya berlanjut. "Aku hanya berpikir bagaimana jika aku tidak bisa memberimu kebahagiaan, Wang Yi? Apakah kamu akan tetap menggenggam tanganku seperti saat ini?"

"Zhan, kamu tidak perlu khawatir. Karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskan ini." Wang Yibo menuntun kedua tangan yang saling tersemat mendekati wajahnya, lalu segera diterima baik oleh bibir yang saat ini sudah mendarat pada punggung tangan yang lebih kecil. Melihat itu, Xiao Zhan tidak dapat menahan rasa bahagianya tetapi juga tidak bisa menghilangkan rasa takut yang meronta-ronta.

Perkataan yang lebih seperti gumaman lirih seolah mempertontonkan ketidakberdayaan segera meluncur. "Bagaimana jika aku tidak lagi bisa hamil?"

Masih banyak lagi kalimat yang ingin Xiao Zhan sampaikan, tetapi ia berikan jeda yang cukup panjang. Mempersiapkan hati kalau-kalau mendapat perubahan reaksi dari sang suami. Kaca yang berlapis-lapis tebal mulai terbentuk pada kedua matanya, mungkin sebentar lagi akan mengalirkan sungai deras di pipi Xiao Zhan. Namun, sebelum itu terjadi, nafas panjang segera Xiao Zhan hirup hingga menyentuh segala sudut paru-parunya. Kemudian nada bergetar terselip pada alunan suaranya. "Aku benar-benar menginginkannya, bagaimana jika pada akhirnya aku hanya terlalu berharap tanpa bisa mendapatkan apa yang aku inginkan?"

THE GLOOM (YIZHAN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang