Happy reading!
.
.
.
.
.
"Jangan mendekat … Ja-jangan sakiti aku dan anakku lagi, aku mohon, biarkan dia tetap hidup."
Wang Yibo dapat melihat dengan jelas gurat ketakutan pada mata Xiao Zhan. Beragam kaca menyatu pada manik mata tersebut membentuk sebuah danau kecil disertai dengan getaran memilukan, Wang Yibo yakin hanya dalam satu kali kedipan, mata indah itu akan menembakkan peluru airnya. Perlahan Wang Yibo bergerak semakin dekat, namun lagi-lagi Xiao Zhan memohon agar dijauhi, dan berkata. "Aku benar-benar hamil, di sini ada anakku."
Xiao Zhan mengusap perutnya sendiri, sedetik kemudian air mata sudah terjun. Disaat Wang Yibo menghentikan pergerakan, Xiao Zhan pun melanjutkan perkataannya demi meyakinkan Wang Yibo. "Aku tidak berhalusinasi, jadi aku mohon jangan pukul kami lagi …"
Kini Wang Yibo memundurkan langkah, tidak ingin membuat pihak lain merasa takut jika ia semakin mendekat. Membalikkan tubuh menghadap ke luar jendela, diam-diam rekaman memori masa lalu dimana penyiksaan yang tiada henti Wang Yibo berikan kepada Xiao Zhan, kembali terputar di benaknya. Tangan Wang Yibo bergerak mengusap gusar seluruh permukaan wajahnya. Jika seperti ini, apa yang harus ia lakukan? Hanya terdapat satu pertanyaan di dalam pikirannya, namun dari sekian banyaknya jawaban yang menampakkan diri, tidak ada satupun jawaban yang pasti. Inilah ketakutan Wang Yibo, takut jika Xiao Zhan tidak lagi membutuhkannya, atau yang lebih buruk lagi ia takut dibuang.
"Kamu pasti lelah, sebaiknya kamu beristirahat." Pada akhirnya hanya kalimat itu yang mengalir dari bibir Wang Yibo, membalikkan tubuhnya kembali menghadap ke arah Xiao Zhan setelah menghapus cairan bening di pipi. Meski Wang Yibo tersenyum lembut, ketakutan tetap meraja pada diri Xiao Zhan. Kepala digelengkan sebagai tanggapan membuat perkataan Wang Yibo semakin berlanjut. "Aku, aku akan pergi … aku tidak akan mendekatimu asal kamu mau beristirahat, hum?"
Susah payah Wang Yibo berujar di tengah air mata yang berdesakan ingin keluar, suaranya tercekat hampir seperti orang yang sedang tercekik. Mendengar itu semua, Xiao Zhan mengangkat kepalanya menatap ke dalam mata Wang Yibo guna mencari adanya suatu kebohongan. Tetapi yang ia dapat hanyalah keseriusan. Perlahan tapi pasti, binar terang mulai terbit pada manik Xiao Zhan. "Benarkah kamu akan pergi?"
"Hm, tentu jika kamu menginginkannya." Sahut Wang Yibo dengan sedikit keraguan. Sebenarnya Wang Yibo sangat enggan untuk meninggalkan Xiao Zhan.
"Aku ingin kamu pergi. Tolong tinggalkan aku sendirian dan jangan pernah masuk ke dalam kamar selama aku belum bangun." Titah Xiao Zhan penuh keyakinan. Wang Yibo mengangguk sembari tersenyum tipis. Jika Xiao Zhan menginginkannya pergi, maka akan ia lakukan.
Sebelum menutup pintu kamar, Wang Yibo menyempatkan diri untuk memandangi punggung Xiao Zhan yang terbaring nyaman di atas ranjang. Selimut tebal menutupi dari ujung kaki hingga menyentuh dagu. Wang Yibo tidak tahu harus senang atau sedih. Yang pasti, ia merasa senang atas hadirnya makhluk kecil di perut sang istri, juga merasa sedih sebab sudah lima tahun berlalu tetapi trauma Xiao Zhan tidak pernah hilang. Segala kegelisahan mulai menyelam di bagian dasar hatinya. Berbeda dengan Xiao Zhan yang saat ini sudah merasa aman, ketakutan itu berangsur-angsur hilang seiring kepergian Wang Yibo. Fakta bahwa dirinya hamil membuat Xiao Zhan semakin melakukan perlindungan ketat kepada calon anaknya. Xiao Zhan berjanji tidak akan lagi membiarkan anaknya mati di tangan sang suami.
Wang Yibo mendudukkan diri di kursi kerjanya. Ponsel yang sedari tadi bersembunyi di dalam saku segera diambilnya. Menekan tombol yang akan menyambungkan suara dengan orang yang berada di sebrang. Hanya membutuhkan tiga detik, sambungan telepon diangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GLOOM (YIZHAN) ✔
FanfictionWang Yibo sangat mencintai Xiao Zhan, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara melindungi lelaki manis itu. Sebuah sisi gelap di dalam dirinya tidak dapat dikendalikan. Dengan demikian, dia lebih memilih kehilangan daripada terus menyakiti. Namun, keset...