Ibu melonjak kaget, memegangi dadanya yang terasa begitu sesak. Ia tidak menyangka bahwa kecelakaan ini akan berujung sampai ranah hukum.
"Ya ampun, Bu." Tangan halus Arum dengan cepat menahan tubuh ibu yang hampir saja terjatuh. Kemudian tatapannya beralih kepada cowok tinggi itu, "Gilang gua mohon jangan dulu nambahin masalah, Ibu."
"Nambahin masalah?" Satu alis Gilang terangkat ketika mendengar ucapan Arum barusan, "Justru yang nambahin masalah tuh Olive bukan gua."
Satu tarikan napas oleh Arum hirup dalam-dalam kemudian ia membawa Gilang menjauh dari jangkauan ibu. Berusaha negosiasi dengan Gilang demi sahabatnya tak akan jadi masalah kan?
"Lang gua mohon, sekarang keadaan Ibu Olive lagi bener-bener kacau, lu jangan malah nambah-nambah mau bawa masalah ini ke hukum." Jujur, pertama kali bicara serius dengan sosok Gilang Argantaro membuat Arum ketar-ketir namun cewek itu berusaha agar tetap terlihat tenang.
"Rum denger gua ya," Gilang memegang kedua pundak Arum yang membuatnya seketika gugup namun setelah beberapa detik kemudian segera Arum tepis tangan kekar Gilang, "Olive tuh udah salah. Dia naik motor ga pake helm terus nabrak orang, apa masalahnya kalo gua bawa kasus ini ke hukum?"
Arum memberanikan diri menatap kornea mata Gilang dan memohon kepadanya dengan cara menunjukkan puppy eyesnya. Entahlah semoga saja dengan cara seperti ini akan berhasil, "Tapi gua mohon Lang. Tolong selesaiin masalah ini secara keluarga aja bisa kan?"
Cowok berambut gondrong itu diam sejenak, berusaha menormalkan pandangannya di hadapan Arum. Tiba-tiba saja hatinya menjadi sensitif saat pertama kali melihat hazel hangat milik Arum bersinar se dekat ini, bahkan tubuhnya seakan memberi interupsi untuk memeluk sosok perempuan cantik dihadapannya.
"Oke, gua ga bawa masalah ini ke hukum." Final Gilang setelah memikirkan rencana apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
Mendengar kalimat itu Arum menghembuskan napas tenang. Setidaknya Ibu tidak perlu memikirkan nasib masa depan Olive jika anak itu benar-benar akan dilaporkan oleh Gilang.
"Tapi ada syaratnya." Lanjut Gilang dengan tatapan licik yang sama sekali tidak Arum duga sebelumnya.
"Apa syaratnya?" Tanya Arum dengan mimik wajah penasaran.
Gilang berdecih kecil, melihat tatapan Arum seperti itu membuat Gilang semakin senang dengan persyaratan yang ia buat sendiri,"Lo jadi pacar gua."
Empat kata yang keluar dari mulut Gilang sukses membuat Arum terkejut bukan main. Pacar? Bagaimana bisa Arum menjadi pacar seorang Gilang Argantaro yang merupakan anak kepala sekolah SMP Widya Tama Sebangsa. Oh Tuhan! Membayangkan muka kepala sekolah saja Arum sudah bergidik ngeri, apalagi nanti jika suatu waktu ia tau bahwa anaknya pacaran dengan murid di sekolahnya.
"G..gua?" Arum menunjuk dirinya sendiri.
"Iya." Jawab Gilang tegas.
"Ko? Gua? Kan?..." Belum Arum menyelesaikan kalimatnya tapi sudah Gilang potong.
"Mau atau ngga?!" Sial. Cowok itu malah mendekatkan wajahnya dengan wajah Arum.
Bertatapan sedekat ini dengan Gilang membuat Arum semakin gugup dan canggung. Ternyata dilihat dari dekat wajah Gilang sangat tampan dari yang Arum bayangkan.
"T-tapi kan..." Belum lagi Arum menyelesaikan kalimatnya, Gilang sudah memotongnya kembali.
"Ya udah kalo ga mau, berarti Olive masuk penjara."
"Aduh, gimana ya." Gumam Arum bingung. Bagaimana tidak? Saat ini nasib sahabatnya sedang berada ini tangannya tapi mana mungkin ia pacaran dengan Gilang yang bukan teman dekatnya? Gilang memang teman sekelasnya tapi Arum dan Gilang betul-betul tidak dekat. Jangankan dekat, ngobrol santai saja tidak pernah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...