"Ssstttt ga papa. Ayah Gilang ga se jahat itu, santai aja ya." Ujar Mark berbisik tepat di telinga Arum masih dengan tangannya yang setia merangkul pundak Arum.
Jika kalian pikir Arum bakal tenang dengan ucapan Mark tadi, kalian salah, justru Arum semakin takut karena Mark berbisik seolah-olah Mark sedang memberi ancaman kepada Arum.
Kali ini napas Arum sesak, ia sulit bernapas. Demi apapun Arum tidak pernah merasakan takut setakut ini. Tuhan, tolong Arum. Arum sudah tidak bisa berkata-kata lagi, ia pun sudah tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Kebayang kan setakut apa Arum?
Mark melihat Arum yang semakin ketakutan jadi bingung sendiri, ia berpikir beberapa saat sampai akhirnya ia memeluk Arum agar Arum lebih tenang. Setau Mark jika ada seseorang yang sedang gelisah, takut, sedih, atau sebagainya maka satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah memeluknya karena ketika kita berpelukan maka jantung kita akan menyatu secara tidak langsung dan itu membuat kita menjadi lebih tenang.
Tidak lebih dari 5 menit akhirnya Arum bisa tenang dan tidak setakut tadi. Arum menjatuhkan dagunya di pundak Mark seraya ia memejamkan matanya dan menarik napas lalu menghembuskannya pelan. Berada di pelukan Mark membuat Arum nyaman.
"Udah ya jangan takut lagi." Ujar Mark seraya mengelus pelan punggung Arum.
"Ga papa kok ga papa." Ujar Mark lagi.
Arum melepaskan pelukan Mark lalu tersenyum lemas, "Makasih."
Mark menganggukkan kepalanya beberapa kali sambil tersenyum, "Iya, sama-sama."
"Sekarang gua an.... AHHHH." Belum Mark menyelesaikan kalimatnya tetapi secara tiba-tiba ada orang yang memukulnya dari samping membuat sudut bibir Mark robek dan mengeluarkan darah.
"APA MAKSUD LO MELUK-MELUK DIA? HAH?" Ujar Gilang mencengkram kerah baju Mark yang membuat Mark sedikit menjinjit.
"G...g."
"KAMU DIEM!" Bentak Gilang sambil menunjuk Arum dengan jari telunjuknya.
"AHHHHH." Mark tidak diam, ia membalas memukul perut Gilang kencang hingga Gilang mundur beberapa langkah.
Tidak diam juga, Gilang membalas memukul rahang Mark.
"Ssshhhh, sialan."
"LO YANG SIALAN."
Bughkk
"STOPPPP." Arum berdiri di tengah-tengah Gilang dan Mark yang sedang berkelahi. Setelah keduanya berhenti Arum menatap Gilang dan Mark bergantian sebelum ia pergi meninggalkan kedua cowok itu.
"Rum, Arum." Panggil Gilang seraya langsung mengejar Arum.
"Sial." Umpat Arum saat tangannya berhasil tertangkap oleh tangan Gilang.
"Gua mau ngomong sama lu."
"Apa lagi sih Lang, apa yang mau di omongin? Lu tuh cuma mau ancurin hidup gua kan makanya lu pacarin gua." Bentak Arum kesal.
"Gua beneran suka sama lo."
"Suka itu bullshit Lang. Gila ya gua ga nyangka sama lu, salah gua apa sama lu? Selama dua tahun ini gua ga pernah sedikit pun ngomong sama lu tapi kenapa gua yang jadi sasaran Ayah..."
"STOP."
Arum mendengus, ia menatap Gilang dengan tatapan tajam dan panas. Selain kesal dan marah dengan Gilang, Arum juga takut dengan Gilang karena ia berani membentaknya seperti ini.
"Kalo lu mutusin gua Olive masuk penjara."
Sialan. Gilang benar-benar mengancamnya saat ini. Bisa-bisanya dia memanfaatkan Olive untuk membuat hidup Arum hancur berantakan, karena Arum yakin seratus persen bahwa Gilang akan membuat hidupnya hancur. Entah apa alasan Gilang berbuat jahat kepada Arum, padahal selama dua tahun kemarin Arum benar-benar tidak pernah menjalin komunikasi dengan Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...