Akhir akhir ini cuaca memang selalu mendung. Buktinya sekarang awan sudah mulai gelap dan banyak orang orang yang langsung segera pulang agar tidak kehujanan di jalan. Suara suara petir pun sudah mulai terdengar jelas di telinga, padahal jam masih menunjukkan pukul 16.12.
Setelah selesai menjadi supporter untuk menyemangati tim voli sekolahnya, Ranum langsung pulang ke rumah. Ia tidak bisa menunggu Arum untuk menemui Gilang, bukan karena tidak mau tetapi Ranum bisa sakit kalo kehujanan di jalan. Imun tubuh Ranum memang kurang bagus, anak itu juga suka sakit sakitan.
"Abis berantem atau di keroyok sih?" Tanya Arum saat memperhatikan Gilang yang sedang merapikan barang barangnya setelah selesai lomba.
"Rum."
"Muka kamu pucet, kalo lemes ga usah maksain jadi ketua tim." Arum mengabaikan panggilan Gilang tadi. Ia masih fokus memperhatikan Gilang, terutama wajahnya yang tertera bekas luka tonjokan. Gilang hanya membuang napas pasrah. Ia siap mendengarkan omelan omelan dari Arum, telinga Gilang terbuka lebar. Gilang janji tidak akan masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Peace.
"Semalem kemana sama Mark?" Tanya Arum, memasang mode lebih serius dari sebelumnya.
Arum sudah berusaha tidak curiga dengan Gilang, namun belakangan ini sikap Gilang terlihat agak aneh. Seperti sedang menyembunyikan sesuatu dari Arum.
"Kumpul sama temen satu les voli."
"Yakin?" Sela Arum, cepat.
Gilang mengangguk, namun anggukkan Gilang itu sangat tidak meyakinkan. Seperti ketakutan jika saja Arum mengetahui sesuatu.
"Aku barusan nanya ke Azzam, dia bilang ga ada kumpul kumpul. Azzam les voli di tempat kamu juga kan, aku sering kok ketemu Azzam di tempat les."
Mulut Gilang sukses bungkam, ia tidak tau apa yang harus di katakan lagi kepada Arum sebagai alasan. Gilang juga tidak mau sampai Arum tau kalo semalam dirinya keluar bukan untuk kumpul sama teman les volinya melainkan berantem dan bertingkah layaknya anak jalanan. Apalagi musuh yang Gilang lawan adalah Arjuna. Gilang tau saat ini Arum memang sudah tidak berkomunikasi dengan Arjuna karena cowok itu sendiri yang menghindar dari Arum, tapi Gilang tidak yakin Arum bakal diam saja mendengar kabar Arjuna yang berantem dengan dirinya.
"Lang, untuk apa kita pacaran kalo masih ada yang kamu tutup tutupin dari aku?"
"Sayang, aku ga nutup nutupin sesuatu dari kamu kok."
"Mau kamu yang cerita atau Mark yang cerita?" Balas Arum, cepat.
Gilang diam sejenak, menatap kornea mata Arum lekat, sampai akhirnya ia memutuskan untuk memberi jawaban kepada Arum dan menjelaskan semuanya.
"Semalem aku memang ga kumpul sama temen les voli, tapi aku nongkrong sama Mark, berdua."
Arum mendengarkan saja apa yang Gilang katakan, sedangkan Gilang menatap Arum pasrah, "Abistu aku ketemu sama Marco, akhirnya aku berantem sama dia, makanya ini ada bekas luka di muka aku." Kalian sangka Gilang akan jujur begitu saja kepada Arum?
"Marco?" Tanya Arum dan Gilang mengangguk, agak tenang hatinya ketika Arum percaya begitu saja dengan semua alibinya, "Siapa yang mulai duluan?" Tanya Arum, kemudian.
"Dia," Jawab Gilang, "Dia ga terima aku hajar abis abisan waktu kamu di culik, akhirnya dia bales dendam sama aku."
"Terus kenapa Mark ga bantu kamu? Masa iya sahabat kamu sendiri ngebiarin kamu babak belur gini."
"Sayanggg, Mark bantuin aku kok. Lagian Rum, yang namanya berantem wajar kalo babak belur."
Helaan napas terdengar dari arah Arum, lalu tangan Arum mengusap pelan luka berwarna biru itu di pipi Gilang, "Sakit?" Tanyanya dengan mimik wajah khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...