My Love - 03
Senja berwarna oranye sangat memanjakan mata saat Arum baru sampai di desa setelah belajar di kota. Azmi benar benar menepati janjinya semalam untuk mengantarkan Arum ke kampus dan memotong 25% gajinya, iya hanya 25% karena esok hari Arum akan menepati janjinya juga untuk bekerja seharian tanpa akan pulang ke rumah mbok untuk sekedar istirahat. Arum akan buktikan bahwa ia bisa bekerja keras tanpa kenal lelah, lihat saja nanti.
Satu panggilan terdengar kala Arum melewati jalanan lurus menuju rumah mbok. Itu Azmi. Seperti penampilannya setiap hari, celemek selalu mengait di kedua pundak tegap cowok itu, dan tangan yang ia masukkan ke dalam kantong celemek itu. Kalo kata Arum mah Azmi itu sok cool.
Karena teman baik hatinya memanggil, maka Arum segera menghampiri Azmi dengan langkah gontai. Ia terlalu lelah hari ini, tapi ia juga tidak mau lagi bolos kerja, yang ada potongan 25% itu nambah jadi 30%, haduh ngga deh.
"Tumben kedai sepi? Pada kemana?" Pertanyaan yang keluar lebih dulu adalah kondisi kedai yang sama sekali tidak ada pengunjungnya. Tidak biasanya Arum melihat kedai sepi seperti ini.
"Ada acara di desa." Jawab Azmi.
Arum menegakkan badan seraya agar lebih fokus berbicara dengan Azmi, "Terus kenapa lu ga ikut?"
"Saya nunggu kamu di sini."
"Ngapain?"
"Tadi ada cowok datang ke sini," Ujar Azmi mulai bercerita, "Dia ngopi di sini," Lanjutnya sambil berjalan masuk ke dalam kedai, di ikuti oleh Arum, "Berisiiikk banget," Katanya sambil memasang ekspresi wajah frustasi, "Kayanya anak geng motor, soalnya motornya gede gede loh. Terus baju nya juga semua serba hitam, sudah gitu mereka nyebut nama kamu."
"Hah?"
Azmi manggut manggut, "Dia gibahin kamu, hahahaha."
Arum memukul meja ketika mendengar Azmi malah tertawa sangat puas, "Pantes kuping gua panas."
"Hm," Sahut Azmi sambil mengangguk, "Katanya mereka kasihan ke kamu soalnya kamu di tinggal pacar kamu gitu aja, tanpa ada kepastian hubungan kalian sudah benar benar putus atau belum." Cerita Azmi sambil masuk ke dalam dapur untuk membuat secangkir kopi. Meja yang Arum duduki tidak begitu jauh dari dapur, jadi ia dapat mendengar apa yang Azmi ceritakan.
Arum mendesah pelan. Memang nasib hubungannya se kandas itu ya?
"Kalo kata saya, kamu stop pikirin Galing, fokus aja sama kerjaan kamu yang sekarang. Nanti juga pasti ada kok laki laki yang bakal gantiin mantan pacar kamu." Mata Azmi fokus pada kopi yang di buatnya, kemudian menaruh kopi itu, dan setelahnya obsidian ia menatap obsidian Arum yang sudah dulu menatapnya, membuat Azmi jadi salah tingkah sendiri.
"K...kenapa? Apa... ada yang... salah?" Tanya Azmi gugup.
"Lu tuh kenapa sih, nyebut nama Gilang aja susah banget. Nama dia Gilang, bukan Galing, Galung, Galang, Guling, Gelang, Golang, atau apalah," Cerocos Arum, "Dan, dia itu masih pacar gua belum MAN-TAN."
Azmi duduk berhadapan dengan Arum, "Minum dulu kopi nya, daripada marah marah."
"Yang bikin gua marah juga kan lu, Azmi!" Decak Arum sebal.
Kopi yang Azmi buat menjadi sasaran untuk menenangkan emosinya, tidak terlalu buruk rasa kopi itu, hanya saja terlalu manis dan berbeda dengan kopi yang sering ia rasakan di kafe milik ayah Bryan.
"Kadar gula nya sama saya sudah di kurangin, jangan bilang kemanisan lagi."
Arum mendongak. Sejak kapan Azmi tau Arum tidak suka yang manis manis? Seingatnya Arum tidak pernah memberi tau Azmi tentang dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...