AGLOMERSI • 38

304 26 0
                                    

Tidak suka lama-lama Arum langsung membuka kotak itu, menemukan secarik kertas yang berisi nama-nama, entah nama milik siapa, yang jelas nama yang tertera di kertas itu cukup banyak.

Arga
Raka
Arel
Bayu
Samudera
Michel
Arjuna

Sebentar. Arjuna? Kenapa Gilang menulis nama Arjuna di sini? Ada apa dengan Arjuna? Oke stop, nama Arjuna banyak.

Berhenti di nama Arjuna, Arum membalik kertas itu dan di sana ternyata sama, hanya berisi sebaris nama yang Arum tidak kenal siapa pemilik nama itu. Kertas pertama sudah selesai sekarang lanjut ke isi berikutnya. Di bawah kertas berisi nama-nama itu terdapat sebuah foto yang di taruh terbalik, Arum segera mengambilnya. Alisnya lagi-lagi mengkerut heran, foto geng motor. Gilang anak geng motor? Sejak kapan? Selama kenal sejak SMP Arum tidak pernah melihat sisi 'anak geng motor' di dalam diri Gilang.

Kornea mata Arum menyipit, mencari wajah Gilang di foto itu tapi ia tidak menemukannya. Justru yang Arum temukan adalah wajah Arjuna, demi apapun ini Arjuna yang Arum kenal. Berarti nama Arjuna yang Arum temukan tadi adalah Arjuna teman SMP nya?

"Mati di..." Arum belum menyelesaikan kalimatnya, ia keburu kembali merapikan kotak itu saat mendengar suara deru motor milik Gilang dan buru-buru menyimpannya kembali di lemari. Dengan jurus secepat kilat Arum membuka kunci kamar Gilang dan kembali merapikan barang-barang Gilang yang lain. Berusaha tenang agar Gilang tidak curiga. Sampai akhirnya muncul lah sosok Gilang di ambang pintu, tapi ia hanya sendiri tidak bersama Mark.

"Sayang, kamu lagi apa?" Tanya Gilang, menghampiri Arum.

"Beres-beres kamar kamu."

"Mark kemana?" Tanya Arum.

"Kok nanyain dia? Kan aku ada di sini." Rajuk Gilang, sebal.

Arum terkekeh, "Aku cuma tanya."

"Mark ke rumah temennya, temennya kecelakaan." Jawab Gilang akhirnya.

"Astaghfirullah, terus gimana keadaan temennya?"

"Sayang kamu kenapa khawatir gitu sih. Kamu tenang aja, dia baik-baik aja kok."

"Oke," Ujar Arum, "Btw kamu keren deh pake baju kaya gini." Lanjut Arum seraya merapikan sedikit jaket kulit Gilang yang berwarna hitam.

"Aku belum pernah sebelumnya liat kamu pake baju kaya anak geng motor gini." Lanjut Arum.

Gilang tersenyum kaku, sedetik kemudian tangan Arum yang tadi berada di kerah jaket di pindahkan ke pinggang dirinya. Menarik tubuh Arum agar lebih dekat dengan tubuhnya, lalu mendekap Arum dengan erat.

"Aku kangen sama Bunda." Ungkap Gilang, mengeratkan dekapan itu. Entah hanya untuk sekedar mengalihkan pembicaraan atau betulan kangen dengan sosok bundanya.

"Udah lama ga ketemu sama Bunda." Ungkapnya lagi. Gilang merasakan tangan Arum yang mengelus punggungnya dengan lembut.

"Lang," Panggil Arum pelan, "Mau ke makam Bunda?"

Arum mengetahui kabar tentang meninggalnya bunda Gilang. Bryan yang menceritakan semuanya. Arum ikut merasakan sedih dan juga marah saat tau penyebab bunda Gilang meninggal, itu semua karena cowok bajingan. Dan saat ini Arum sangat bisa merasakan kesedihan dan kerinduan Gilang kepada bundanya tapi sayangnya Arum tidak tau bagaimana kecewa dan marahnya Gilang kepada bundanya sendiri.

"Ayo ke makam Bunda." Tutur Gilang sambil manggut-manggut. Mukanya terlihat memelas tapi semua itu hanya di buat-buat saja agar Arum melupakan perihal penampilannya yang seperti anak geng motor.

°°°°°

Es krim rasa vanila, kopi pait, empat jenis permen yupi dan satu bungkus arumanis. Itu semua punya Arum. Arun tidak tau bagaimana sikapnya bisa berubah sangat drastis jika berada di samping Bryan, dirinya merasa nyaman dan bahagia jika bersama pria paruh baya yang satu itu. Arum menyadari sepenuhnya perubahan sikap dirinya, jika di samping Gilang, Arum merasa lebih dewasa karena setiap ada di sisinya Gilang selalu bersikap manja sedangkan jika berada di samping Bryan, Arum seperti anak kecil, justru Arum sangat manja berada di dekat Bryan. Arum tidak tau bagaimana sistem itu bekerja, yang jelas kenyataannya seperti itu.

AGLOMERSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang