AGLOMERSI • 11

902 46 11
                                    

Warung bu Ida adalah tempat yang menjadi pilihan Gilang dan Fayya untuk istirahat setelah perlombaan voli antar sekolah selesai. Warung bu Ida memang tempat Gilang dan teman-temannya nongkrong.

"Gila keren banget sih tadi." Ujar Fayya, duduk di sebelah Gilang.

Gilang terkekeh seraya mengelap keringatnya yang masih saja mengucur, "Udah biasa juga kan SMP kita menang."

Fayya mengangguk antusias.

Gilang mengambil botol minum yang airnya tersisa sedikit lalu meneguknya sampai habis. Kemudian ia menatap Fayya yang kini sedang mengetikkan sesuatu di handphonenya.

"Lu balik di jemput Asa?" Tanya Gilang sedikit melirik ke arah layar handphone Fayya, karena kemungkinan Fayya sedang mengetikkan pesan untuk Angkasa.

Sebenarnya Gilang tidak sudi Fayya pacaran dengan Angkasa karena selain sikap Angkasa yang seenaknya dengan Fayya, Angkasa juga suka mengatur-atur Fayya agar tidak bertemu bahkan berkomunikasi dengan Gilang. Hey, Angkasa hanya pacar Fayya dan Gilang adalah teman dekat Fayya, dia tidak bisa seenaknya mengatur Fayya seperti itu.

"Dia lagi les jadi ga bisa jemput gua." Jawab Fayya yang langsung menaruh handphonenya di meja.

Gilang mengangguk-angguk pelan, "Ya udah gampang balik bareng gua aja." Katanya.

"Ya udah berarti anter gua dulu ya?" Tanya Fayya memastikan.

"Iya selow."

Suara dari beberapa motor terdengar jelas di telinga Gilang maupun Fayya membuat atensi kedua remaja itu menoleh ke arah sumber suara. Dan akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga.

Di sana ada Marco dan Mark yang baru saja turun dari motornya, mereka berdua langsung menghampiri meja Gilang dan Fayya.

"Waduh waduh waduh. Gimana nih yang lomba, menang kalah?" Tanya Mark sambil bertos dengan Gilang dan duduk di depannya.

Gilang mendecih, "Ya kali seorang Gilang kalah." Jawab Gilang dengan sikap sombongnya.

"Eh Dicky ga di ajak?" Tanya Fayya karena yang ia lihat hanya ada Marco dan Mark saja sedangkan teman buaya satunya itu tidak terlihat.

Mark menghembuskan napas, "Ngapain lagi kalo bukan selingkuh."

Fayya tertawa, "Dasar buaya."

"Tapi bagus sih dia ga ada di sini." Ujar Marco membuat seluruh atensi temannya menatap dirinya.

"Kenapa?" Tanya Gilang penasaran. Karena biasanya ada atau tidak ada Dicky, Marco biasa saja. Tapi sekarang ia malah terlihat senang.

"Jadi dia ga bisa gangguin lu Fay, jijik gua denger gombalan dari mulut dia." Jawab Marco. Mimik wajahnya ia buat seperti mau muntah.

"Hahahaha anjir. Tapi gua sedih kalo dia ga ada di sini."

"Sedih kenapa?" Tanya Fayya cepat.

"Ga ada yang di bully."

Gilang, Fayya dan Marco tertawa puas. Benar juga apa yang di katakan oleh Mark, jika tidak ada Dicky maka tidak ada yang bisa di bully. Ah ternyata anak itu walaupun tidak berguna kehadirannya tetapi bisa dirindukan juga.

"Bu Idaaaa." Panggil Mark meneriaki pemilik warung sederhana itu.

"Aduh MasyaAllah mau pesen apa ganteng?" Tanya bu Ida saat sudah sampai meja dimana mereka duduk.

Mark mengembangkan senyumnya lebar-lebar agar menambah ketampanan di wajahnya, "Saya mau bakso sama es teh manis Bu, kaya biasa." Jawab Mark seraya menaikkan kedua alisnya.

AGLOMERSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang