Hari ini seluruh siswa SMP Widya Tama Sebangsa berkumpul di lapangan utama. Di paling depan lapangan terlihat banner yang cukup besar bertuliskan Adhigatya Bagaskara. Itu nama angkatan.
"Terimakasih semua atas partisipasinya untuk melancarkan acara pelepasan ini. Selama tiga tahun kita belajar dan berjuang bersama, membangun solidaritas yang tidak biasa. Semua adalah kawan, saya berharap setelah ini kita tidak akan lupa satu sama lain dan kita juga akan meraih cita-cita kita ke jenjang yang lebih serius lagi."
"Waktu kebersamaan ini sudah tidak lama lagi. Bismillahirrahmanirrahim semoga semua keterima di SMA pilihan masing masing."
"AAMIIN."
Serentak seluruh siswa angkatan Adhigatya Bagaskara bersorak setelah balon yang jumlahnya cukup banyak kini terbang ke udara. Di sana ada kain bertuliskan semangat dan sukses, karena itulah harapan semua.
"WWUUUUHH SUKSES GAIS." Sorak salah satu anggota OSIS yang memegang mik.
"Ayo-ayo sekarang kalian boleh tuh foto-foto sama bestai-bestai kalian sebelum bener-bener pisah, peyuk-peyuk bestai nya yak gaess." Ujar anggota OSIS lagi.
Saat beberapa siswa fokus foto-foto dengan teman dekatnya, teman sebangkunya, ataupun teman satu ekskulnya, tiba-tiba suara lagu dari speaker terdengar membuat seluruh perhatian siswa kini tertuju menghadap aula.
"AYO NYANYI BARENG."
"Hei sampai jumpa di lain hari
untuk kita bertemu lagi
ku relakan dirimu pergi.""MESKIPUN." Teriak ketua OSIS sambil menyodorkan mik ke arah siswa.
"KU TAK SIAP UNTUK MERINDU
KU TAK SIAP TANPA DIRIMU
KU HARAP TERBAIK UNTUK MU.""Anjay slebew."
"Jangan nangis banyak-banyak dulu ya gais ya, masih ada dua hari lagi eeyyy." Entah kini siapa yang berbicara dengan menggunakan mik.
Setelah kurang lebih dua jam acara pelepasan ini berlangsung seluruh siswa ada yang langsung pulang ke rumah masing-masing, ada juga yang masih betah di sekolah karena sebentar lagi mereka sudah tidak bisa belajar di SMP tersayang ini dan bertemu dengan teman-temannya.
Arum sedari tadi duduk bersama Gilang di kursi yang ada di koridor kelas, melihat orang-orang yang tengah berfoto-foto di lapangan. Sebenarnya Arum juga ingin ikut berfoto tetapi Arum malas, karena tidak ada Olive dan Galin di sini. Arum sudah mencari keberadaan mereka berdua tetapi tidak terlihat batang hidungnya.
Walaupun ada Gilang yang menemani tapi Arum masih merasa kesepian, ujung-ujungnya ia hanya bisa tersenyum tipis.
Melihat Arum yang diam saja sedari tadi membuat Gilang bergerak untuk melakukan sesuatu. Rasanya sangat tidak pantas jika Gilang hanya diam saja melihat kasihnya kesepian seperti ini.
"Ikut gua yu cari mereka." Ujar Gilang akhirnya, seakan mengerti apa yang Arum pikirkan. Tanpa perlu menunggu Arum menjawab mau atau tidak Gilang langsung memegang tangan Arum dan membawa Arum berdiri dari duduknya.
"Ga perlu Lang, gua takut ancurin momen mereka berdua sebelum pisah."
Gilang terus berjalan dengan Arum di sampingnya yang masih setia berpegangan tangan, tanpa melirik sedikitpun ke arah Arum cowok itu bicara.
"Ga peduli kalo momen mereka ancur. Gua cuma mau Olive berterimakasih sama lu karena lu udah bantu banyak urusin masalah dia."
Arum hanya pasrah dengan apa yang Gilang katakan. Walaupun Arum jadi sangat canggung ketemu Galin tapi Arum juga harus ketemu anak itu sebelum mereka benar-benar berpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...