Cemburu - 10
Tok tok tok
Kunyahan Arum terpaksa di hentikan kala ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya pagi pagi. Arum dan Azmi sedang sarapan pagi ini, dan bubur ayam adalah pilihan yang pas untuk sarapan. Bubur itu Azmi sendiri yang buat, sambil liat di buku resep yang kemarin di beli di toko buku. Soal rasa? Arum bilang terlalu asin, tapi masih tetap enak dan bisa di makan kok.
"Biar aku saja yang buka, kamu lanjut makan ya." Ujar Azmi, mengusak puncak kepala Arum setelah istrinya itu manggut manggut lucu.
Langkah kaki jenjang itu berjalan menuju pintu utama di mana arah suara ketukan terdengar.
Tok tok tok
Azmi segera mempercepat langkahnya ketika mendengar kembali orang di luar sana mengetuk pintu. Lagian pagi pagi begini sudah bertamu saja.
Cklek
Ada raut tak suka ketika melihat siapa tamu yang datang. Bukan hanya Azmi yang tak suka menatap cowok di hadapannya, cowok itu pun sama menatap Azmi dengan tatapan sinis, bahkan lebih sinis tatapan dia daripada tatapan Azmi. Harusnya Azmi kan yang berhak menatap cowok itu sinis? Karena cowok di hadapannya sudah mengacaukan pagi pagi Azmi.
"E...eh, mau kemana?" Tahan Azmi saat cowok itu nyelonong masuk ke dalam rumah. Orang Azmi saja belum suruh dia masuk, kok udah main masuk aja. Itu namanya gak sopan!
"Lo pikir gua mau kemana?!" Jawab cowok itu dingin. Bahu Azmi yang tadi sempat jadi penghalang jalannya di dorong begitu saja, lalu dia masuk tanpa rasa salah sedikitpun kepada Azmi.
Azmi mendengus sebal. Apa apaan ini.
Karena dia juga sudah kepalang masuk, maka Azmi memutuskan untuk ikut masuk, menghampiri sang istri yang tadi di tinggalnya hanya untuk membukakan pintu untuk tamu tak sopan itu.
"Kamu datengnya telat, aku udah kenyang duluan Gilang."
Bibir Gilang mencebik, "Lagian tumben banget bangun pagi, biasanya kalo hari libur bangun agak siangan. Ini aku udah pagi pagi banget loh ke sini sayang."
"Iya kan aku harus beres beres rumah, masa aku biarin Azmi beresin sendirian."
Mendengar satu nama itu membuat Gilang semakin cemberut, "Emang dia siapa sih? Suami kamu banget ya?"
Arum tertawa melihat ekspresi Gilang. Ekspresi wajah ini salah satu yang Arum rindukan selama bertahun tahun, dan Arum bisa melihatnya lagi saat ini.
"Hm, dia suami aku."
Hembusan napas terdengar dari arah Gilang, "Kapan kamu cerai sama dia? Aku mau nikah sama kamu."
Hanya diam. Arum kaget mendengar ucapan Gilang barusan. Ini Arum ga salah denger kan? Jadi secara tidak langsung Gilang menyuruh Arum untuk cerai sama Azmi? Hah? Gimana bisa? Arum sama Azmi baru nikah tiga hari yang lalu, masa langsung cerai?
"Ruuumm, kamu ga mau cerai sama dia?" Rengek Gilang, menyaksikan Arum diam tak menjawab membuat Gilang sebal.
"Gilang, pernikahan bukan untuk main main." Sebenarnya Arum bingung mau jawab seperti apa, atau mungkin lebih tepatnya tidak bisa menjawab pertanyaan Gilang. Arum memang sudah menikah dengan Azmi dan dia akan berusaha menjaga pernikahan itu, tapi di lain sisi Arum juga masih sangat mencintai Gilang, Arum tidak mau kehilangan Gilang untuk yang ke dua kalinya.
Niat awal menikah dengan Azmi karena tujuan untuk melupakan Gilang tiba tiba sirna begitu saja. Bagaimana bisa Arum lupa kalo Gilang nya saja ada di hadapan Arum saat ini? Arum juga sedang berusaha menemukan cinta di dalam diri Azmi, tapi sampai sekarang ia belum menemukannya, bahkan sayang sama Azmi pun masih terpaksa. Iya, terpaksa karena statusnya sekarang adalah seorang istri, dan tugas istri salah satunya harus sayang sama suami kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...