Pagi ini Arum mengerutkan alisnya saat ia sedang memakan sepotong roti berisi selai kacang kesukaannya. Mbok hanya menyiapkan dua potong roti dan segelas susu untuk Arum, setelah itu mbok pulang ke rumah untuk mengurus keluarganya. Jadwal mbok pulang ke rumah setiap 1 bulan 3 kali, makanya terkadang Arum suka kesepian berada di rumah sendirian.
Tumben sekali pagi ini Gilang tidak mengirim buble chat kepada Arum walau hanya sekedar bilang 'gua berangkat ya'. Itu yang membuat Arum mengerutkan alisnya heran. Tapi ah sudahlah, lagian tidak rugi juga jika Gilang tidak mengabari dirinya. Justru ini adalah kabar baik bagi Arum karena mulai hari ini ia akan bebas dari manusia seperti Gilang.
Sebelum keluar rumah Arum berdiri di hadapan kaca besar, ia melihat penampilannya dari mulai bawah kaki sampai dengan atas kepala. Perlahan senyuman mulai mengembang di sudut bibir Arum.
"Semangat." Ujar Arum bersorak seorang diri. Ia hari ini hanya ingin fokus sekolah saja, tidak mau memikirkan hal-hal di luar sekolah.
Setelah kejadian rindu dengan mamah papahnya kemarin Arum memang sempat overthinking dengan mamah papahnya. Namun hari ini Arum tidak akan memikirkan hal-hal buruk terkait mamah papahnya, ia yakin bahwa mamah dan papah di luar negeri sana akan baik-baik saja.
Taxi berwarna biru sudah siap di luar gerbang rumah Arum, sudah pasti mbok yang memesankan taxi untuknya. Sangat perhatian bukan mbok kepada Arum.
"Jalan, Pak." Titah Arum saat sudah berada di kursi belakang.
Kemudian taxi itu mulai meninggalkan pelataran rumah Arum dan melewati jalanan ke arah sekolah Arum sampai akhirnya taxi itu berada di depan gerbang SMP Widya Tama Sebangsa.
"Maaf Kak, nanti pulangnya Kakak saya jemput." Supir taxi itu menengok ke arah Arum.
Arum memasang wajah bingung namun sedetik kemudian Arum mengangguk-anggukan kepala sembari menjawab, "Iya Pak, nanti saya pulang jam dua ya."
"Baik, Kak." Jawab supir taxi itu.
Arum tidak perlu heran lagi dengan ucapan supir taxi tadi karena pasti yang menyuruh supir taxi menjemput Arum adalah mbok. Mungkin mbok khawatir dengan Arum karena kemarin Arum sempat menangisi mamah dan papah.
Arum kini berjalan menuju kelas 9A. Kelas Arum terletak di paling depan dari ruang guru dan area parkir sekolah, jadi Arum tidak perlu melewati koridor-koridor kelas untuk sampai di kelasnya.
Saat sampai di kelas. Kornea mata Arum langsung tertuju kepada cowok berambut gondrong, berkulit putih, dan berwajah tampan. Ya, siapa lagi kalo bukan Gilang? Saat menatap cowok pecinta bola voli itu Arum sedikit merasa kecewa, ada apa dengan Gilang sampai-sampai ia tidak sempat mengirim buble chat kepada Arum? Bentar, kenapa juga Arum harus memikirkan hal itu untuk yang kedua kalinya?
"Rum." Arum mengalihkan atensinya dari menatap Gilang menjadi menatap ke arah sumber suara orang yang memanggilnya tadi.
Bola mata Arum bersinar ketika tau siapa orang yang memanggil Arum. Dengan langkah cepat dan senyum yang mengembang Arum menghampiri orang itu.
"Liv, lu udah boleh sekolah?" Tanya Arum menghadap Olive.
Olive mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum senang. Akhirnya ia bisa bertemu kembali dengan Arum, Galin, dan teman-teman lainnya.
"Tapi kondisi lu sekarang baik kan? Lu ga maksain untuk sekolah kan?" Tanya Arum secara beruntun. Wajar Arum terlalu exited melihat Olive sudah ada di sekolah.
"Tenang aja Rum, gua baik-baik aja kok." Jawab Olive.
"Syukur lah, gua ikut seneng."
Olive hanya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...