Saat ini Arum dan Gilang berjalan melewati koridor rumah sakit, ketika sedang menuju ruang rawat tiba-tiba saja handphone Arum berbunyi, gadis itu segera mengangkat telepon dari ibu Olive, kebetulan sekali ternyata ibu meminta Arum untuk datang ke rumah sakit menemui dirinya dan Olive.
Sebenarnya Gilang tidak mau datang ke rumah sakit walaupun Arum sudah membujuknya beberapa kali, namun akhirnya Gilang sedikit tidak tega melihat wajah Arum berubah menjadi sendu, ia tidak mau membuat hari Arum jadi suram hanya karena egonya sendiri. Dengan sangat terpaksa Gilang mengantarkan pacarnya ke rumah sakit, mungkin lebih tepatnya bukan mengantarkan tapi menemani.
"Alhamdulillah Olive dua hari ke depan udah di bolehin pulang." Ujar ibu tersenyum senang.
Kedua sudut bibir Arum ikut menyeringai saat mendengar kabar terbaru mengenai kondisi sahabatnya, "Alhamdulillah, Liv lu bisa pulang."
Olive yang masih lemah karena habis operasi beberapa hari lalu hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum.
"Nanti di rumah lu harus jaga diri ya, pokoknya harus sehat lagi."
"Iya siap. Btw makasih ya, Rum."
"Makasih untuk?"
"Lu udah bantu gua, selalu ada untuk gua."
Arum terkekeh, "Santai aja kali, lu sama Ibu tuh udah gua anggap keluarga sendiri."
Ibu memegang tangan Arum dan Olive bersamaan, "Ibu sayang sama kalian." Ujarnya tulus, terlihat jelas dari binar dimata bening ibu.
"Olive juga, Bu."
"Arum juga, Bu." Arum tersenyum tipis saat merasakan kasih sayang seorang ibu dari sahabatnya, namun seketika senyum di sudut bibir Arum memudar saat ia mengingat kehadiran mamah dan papahnya yang sangat jarang ada untuk dirinya.
Arum bertemu dengan mamah dan papah saat ia kelas 6 SD, itu kali pertama Arum bertemu dengan mamah dan juga papahnya. Setelah itu mamah dan papah pergi lagi meninggalkan Arum. Memang Arum sempat ketemu mamah dan papahnya sebelum ia kelas 6 SD, yaitu waktu bayi tapi saat itu Arum masih belum bisa melihat dengan sempurna.
Sedari bayi Arum tinggal bersama mbok, Arum di rawat oleh mbok sampai sebesar ini. Arum tidak pernah merasakan kasih sayang dari seseorang yang ia sebut mamah dan papah, ia tidak tahu bagaimana rasanya jalan-jalan bersama mamah dan papah, bagaimana rasanya bercanda bersama mamah dan papah. Arum ingin sekali merasakan semua itu tapi nihil karena mamah dan papahnya tidak pernah ada untuk Arum, mereka sibuk bekerja sampai lupa dengan Arum. Saking jarangnya Arum bertemu kedua orang tuanya sampai-sampai Arum suka merasa bahwa ia adalah anak yatim piatu.
Itu sebabnya Arum sayang sama ibu, Arum mau selalu dekat dengan ibu, Arum ingin jadi anak ibu seutuhnya namun keinginannya itu tidak mungkin terkabul karena Arum sadar ibu juga memiliki seorang anak. Arum tidak ingin merebut ibu dari Olive. Kehadiran ibu selama ini sudah membuat Arum merasa cukup, Arum bahagia jika berada di dekat ibu.
"Rum."
Tangan kasar ibu memegang pundak Arum membuat gadis bermata hazel itu menyadarkan lamunannya lalu menatap ibu polos, "Ada apa, Bu?"
Ibu tersenyum lebar, "Kamu kenapa ngelamun gitu?"
Arum tersenyum kaku. Tenggelam memikirkan sosok mamah dan papah sampai lupa bahwa disampingnya masih ada ibu dan Olive, "G-ga papa kok, Bu."
Olive tertawa melihat Arum yang salah tingkah begitu, "Rum." Panggil Olive membuat Arum menolehkan atensinya dari wajah kusam ibu menjadi menatap Olive.
"Dari tadi hp lu bunyi, ada yang telepon."
Dengan gerakan tangan cepat Arum langsung merogoh saku dressnya dan melihat notifikasi panggilan tidak terjawab di layar handphonenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...