Flashback - on
Dicky menyugar rambutnya ke samping setelah selesai melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim. Masih mengenakan gamis hitam sebatas mata kaki dan sendal jepit yang sering di pakainya ketika sholat jumat, menghampiri Gilang yang sedang menunggu di bawah pohon kersen dekat masjid. Saat sampai, Gilang malah berdecak ke arah Dicky lalu berujar enteng seperti ini.
"Gaya lu pake baju kaya gitu."
Dicky ikut duduk di kursi kayu yang memang ada di bawah pohon besar itu, "Bukan gaya, tapi memang kaya gini. Ga liat tuh orang lain juga pada pake baju kaya gini?" Tunjuk Dicky kepada laki laki lain yang berkeliaran di sekeliling masjid.
"Iya gua tau kalo ketemu sama Tuhan harus sopan." Balas Gilang di angguki oleh Dicky.
"Nih, lu yang bawa." Kunci motor bergantungan jerapah di lempar ke arah Dicky, untungnya saja tangan Dicky cepat menangkapnya. Kemudian mereka menuju motor Gilang yang terparkir di samping kursi, Gilang memang mengantarkan Dicky untuk sholat jumat. Btw tenang saja, Dicky pake celana lagi kok, jadi tidak masalah jika ia harus mengendarai motor ninja punya Gilang.
Tujuannya saat ini adalah, rumah Dicky.
Alasan Gilang tidak mau bawa motor ke rumah Dicky karena rumah anak itu yang sangat jauh dari tempatnya kini, entah mengapa rumah Dicky harus sejauh itu. Mungkin jika di hitung bisa sampai setengah jam untuk sampai ke kediaman sahabat buaya nya itu, padahal mereka menggunakan motor ninja yang bisa lebih cepat di banding motor motor lainnya.
Mesin menyala, Dicky mulai melesatkan motor ninja membelah jalanan di kota Jakarta. Matahari tidak begitu terik walaupun masih siang, tapi helm fullface yang di kenakan dua pemuda itu menimbulkan tetesan keringat di dalamnya. Salahkan Gilang mengapa anak itu tidak bawa helm biasa saja.
Lama sudah mereka duduk di jok ninja itu, Gilang mengeluh setelah sampai di halaman depan rumah Dicky. Kepalanya yang gerah akibat salah pakai helm, pinggangnya yang pegal pegal karena duduk di jok belakang, hadeh cosplay jadi aki aki ini mah. Sedangkan Dicky tanpa memedulikan kesakitan Gilang di pinggangnya malah masuk begitu saja ke dalam rumah. Dasar teman tak punya hati! Tega teganya meninggalkan Gilang dengan kondisi seperti itu, papah dulu kek! Huh.
"Nda kemana, Bi?" Yang berjalan di belakang Dicky adalah bibi nya.
"Lima menit yang lalu berangkat kumpul sama teman temannya Den." Jawab bibi di balas anggukan oleh Dicky.
"Ga usah siapin minum Bi, biar Gilang ambil sendiri aja." Dicky teriak kala bibi berjalan menuju dapur, kemudian setelahnya toyoran di kepala oleh Dicky dapatkan. Tentu saja pelakunya adalah Gilang.
"Jadi gimana?" Tanya Dicky saat Gilang sudah ikut duduk bersamanya di sofa polos berwarna coklat susu.
"Gimana apanya?" Tanya Gilang, bingung.
Dicky berdecak sambil menarik tatapannya dari anak itu, "Menurut lu kisah Al Quran tentang gagalnya penyaliban Yesus, gimana?"
Iya. Gilang rela menjemput Dicky ke rumahnya dan mengantar juga menunggu anak itu sholat jumat demi membahas perihal penyaliban Yesus seperti ini, Gilang sendiri yang meminta Dicky untuk menjelaskan bagaimana kisah penyaliban Yesus dalam Al Quran. Dicky sempat heran seribu ribu persen dengan permintaan Gilang, namun jika itu kemauan Gilang maka Dicky akan turuti. Sangat jarang memang ketika ngumpul membahas perihal agama seperti ini.
Gilang diam beberapa saat untuk berpikir, "Kalo Tuhan menggagalkan penyaliban dengan mengganti Yesus sama orang Yahudi, artinya Tuhan bersalah karena tindakan penipuan," Diam sejenak hanya untuk meraih reaksi Dicky, "Kenapa juga Tuhan mau ikut bertindak tidak jujur dengan cara menciptakan seseorang yang mirip Yesus dan bikin orang yang ga bersalah itu mati sebagai pengganti Yesus?" Gilang berhenti, membiarkan Dicky untuk bicara selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...