Sejauh ini Arum belum mengetahui bahwa hubungan dirinya dengan Gilang sudah di ketahui oleh tiga sahabat Gilang yaitu Mark, Dicky, dan Marco. Mereka tidak satu sekolah. Oleh sebab itu Gilang tidak perlu khawatir jika memberi tahu tentang hubungannya dengan Arum. Ketiga cowok itu adalah sahabat satu les voli Gilang, mereka akan bertemu jika ada jadwal les voli. Namun bagaimana tiga cowok itu bisa kenal dengan Arum? Tentu saja karena kelakuan Gilang yang sering membicarakan Arum kepada tiga sahabatnya, Gilang selalu membangga-banggakan Arum walaupun mungkin tidak banyak hal yang bisa di banggakan dari diri Arum.
"Kali-kali ajak lah kita ketemu sama pacar lo, Lang." Itu Marco yang berbicara. Gilang tidak pernah mengizinkan ketiga sahabatnya untuk bertemu dengan Arum karena katanya takut mereka malah suka sama Arum, apalagi Dicky, dia manusia macam buaya yang banyak ceweknya dan tidak jarang Dicky mendekati cewek-cewek cantik yang ia temukan dimana saja. Saking banyaknya cewek Dicky, sampai-sampai Mark memanggil Dicky dengan panggilan sasimo atau sana sini mau.
Dicky sempat protes panggilan dari Mark karena menurut Dicky singkatan nama panggilan itu tidak nyambung. Namun Mark bilang katanya, "Ga papa itu di pelesetin biar enak di denger."
"Ga sudi." Balas Gilang dengan tatapan tak suka.
"Waktu itu dia pernah kan bawa si Arum ke tempat latihan, ya kali lo lupa."
Gilang memang sempat membawa Arum ke tempat latihan voli dan dugaan Gilang benar, waktu itu Dicky sempat menggoda Arum namun segera Gilang berikan bogeman di perutnya. Sikap Gilang yang seperti itu membuat Dicky tidak berani lagi menggoda Arum, apalagi jika meminta Arum untuk jadi pacarnya yang ke 17. Sangat tidak mungkin.
"Dia ga ikut latihan waktu itu." Templangan dari tangan Mark terulur mulus ke arah kepala Dicky, membuat sang pemilik kepala menatap pelaku tajam.
Mark berlagak seperti ketakutan walaupun sebenarnya ia tidak takut sama sekali saat Dicky menatapnya seperti itu, "Serem sasimo Pentagon marah." Ledek Mark diakhiri dengan decakan kecil.
"Hahahahaha." Suara tawa dari arah Marco terdengar membuat Dicky mengalihkan atensinya cepat.
"Mau lo ikut-ikutan dia?!" Bentak Dicky memelototkan matanya pada Marco.
"Aaaa babangghh tolonggh akuuhh takuthh." Sama seperti Mark, bukannya takut justru Marco semakin meledek Dicky.
"Najis." Umpat Dicky, ia sangat tidak suka mendengar suara sahabat karatannya jika sudah berlagak seperti itu. Iya sahabat karatan, karena Dicky dan Marco sudah berteman saat mereka umur 3 tahun.
"Sialan suara cewek lu kaya gitu semua ya, Ky."
"HAHAHAHAHAHA."
"Tiap malem tempur ya, Ky." Gilang yang sedari tadi diam, kini ikut bersuara. Siapa sih yang akan melewatkan momen bully membully ini? Walaupun mereka hanya sekedar bercanda saja, lagi pula Dicky tidak akan terbawa perasaan kok.
"HAHAHAHAAHA."
"Pantes sekolah sering kesiangan, malemnya tempur."
Marco dan Dicky memang satu sekolah dan Dicky sering sekali terlambat datang ke sekolah. Menurut Marco bukan Dicky namanya jika tidak terlambat datang ke sekolah.
"HAHAHAHAHA."
"Mending lo pada ke pasar sana dah." Titah Dicky.
"Ngapain?" Tanya Mark.
"Beli otak." Jawab Dicky cepat. Sepertinya anak tunggal kaya raya ini sudah muak dengan cibiran-cibiran yang keluar dari mulut sahabat-sahabatnya sendiri.
Mendengar jawaban dari Dicky membuat Marco berdiri disertai dengan kepalan tangan yang sudah mengudara ke arah Dicky seolah cowok itu sudah siap meninju Dicky detik ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...