Hari ini Gilang sangat semangat berangkat ke sekolah. Wajahnya ceria, senyumnya sumringah sampai-sampai matanya terus menyipit. Hari ini Gilang jamin akan jadi hari paling menyenangkan selama masa SMP nya. Semoga.
"Lang, kamu udah sehat?" Tanya Bryan begitu melihat Gilang menuruni setiap anak tangga dengan gembiranya.
"Udah, Yah. Aku ujian di sekolah aja ya." Jawab Gilang di akhiri dengan cengiran.
Bryan terkekeh melihat putra semata wayangnya gembira seperti ini. Sebelum sebelumnya Gilang tidak pernah sampai se ceria ini.
"Pasti gara-gara Arum nih anak Ayah jadi kaya gini." Tebak Bryan.
Rasanya bahagia sekali melihat senyum Gilang yang sampai saat ini belum juga memudar. Bryan akan sangat berterimakasih kepada Arum jika benar anak itu lah yang membuat Gilang bisa se bahagia ini. Bryan juga tidak khawatir Gilang akan berbuat macam-macam kepada Arum, karena Bryan bisa merasakan kasih sayang Gilang kepada Arum. Bryan juga tetap memberi hukuman kepada Gilang jika putranya berani macam-macam dengan Arum.
"Selama tiga tahun Yah, tiga tahun," Ujar Gilang memperjelas kata 'tiga tahun' seraya menunjukkan ketiga jarinya yang di angkat, "Aku nunggu dia akhirnya sekarang dapet juga."
Bryan tertawa pelan. Ternyata putranya ini sangat bucin sama seperti Bryan kepada bundanya dulu, hanya saja hubungan Bryan dan bundanya menjadi canggung dan berantakan karena bundanya yang setiap malam selalu pergi ke bar bahkan tidak jarang bundanya dari tempat kerja langsung ke bar, tanpa pulang dulu ke rumah menemui suami dan anaknya.
"Bukannya udah lama dapetin dia?" Tanya Bryan sambil sedikit menggoda putranya yang sedang jatuh cinta ini.
Gilang bergumam, matanya menyorot ke kanan atas seraya berujar, "Ya dapet sih dapet tapi Arum nya cuek, kalo sekarang kan dapet sepenuhnya."
"Hahaha dasar anak muda. Inget loh Ayah ga suka sama cowok yang mainin perasaan cewek, pokoknya kamu sama Arum harus lama, sampe nikah kalo bisa."
"Kan bentar lagi masuk SMA nah kalo udah lulus SMA aku jabanin Arum udah jadi istri sah aku."
Bryan hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban putranya. Gilang masih terlalu muda, ia harus sukses dulu baru bisa menikahi Arum. Lagipula belum waktunya Gilang membicarakan soal pernikahan, masih ada cita-cita yang harus anak itu kejar.
Setelah perbincangan singkat itu selesai akhirnya Gilang berpamitan kepada Bryan untuk berangkat ke sekolah. Dengan menggunakan motor ninja nya, jaket hitam favoritnya dan helm fullface nya Gilang terlihat sangat keren.
Saat tiba motor ninja Gilang berada di parkiran, jam menunjukkan pukul 06.07. Gilang memang selalu berangkat paling awal. Anak Rajin.
Ck! Rajin berangkat pagi doang kalo soal kerjain tugas mustahil jika di bilang rajin.
Sebelah alis Gilang terangkat ketika matanya berpaspasan dengan dua manusia yang sedang berinteraksi di depan kelasnya. Gilang menambah kecepatan langkah kakinya untuk menghampiri dua manusia itu.
"Hm." Deham Gilang seraya menarik tasnya yang sudah merosot dari pundaknya.
"Pagi, Lang." Sapa Fayya melambaikan tangan.
"Pagi." Balas Gilang.
"Hm, udah bucin aja pagi-pagi." Ujar Gilang menatap cowok yang berdiri di sebelah Fayya.
"Sirik lo?!" Bentak cowok itu.
"Ah elah gua juga punya cewek kali." Balas Gilang.
"Punya cewek? Pacar maksud lu?" Timpal Fayya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...