AGLOMERSI • 41

295 24 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 11 malam, angin malam memang dirasa sangat dingin, apalagi langit yang sudah mulai mengeluarkan suara suara petir, tanda akan turun hujan tidak lama lagi. Walaupun cuaca tidak begitu mendukung, kini segerombolan orang mengenakan pakaian serba hitam dan motor ninja yang terparkir berjejer cukup banyak berkumpul. Mereka sedang berdiskusi dan menunggu waktu yang tepat untuk beraksi di jalanan. Tidak berniat untuk mengacaukan jalan dan membuat kericuhan sebenarnya, tapi ada geng motor yang sudah menyerang salah satu dari anggota Pentagon. Mereka menyerang tidak satu lawan satu, tetapi 12 lawan satu, sampai akhirnya salah satu dari anggota Pentagon babak belur dan sekarang hanya bisa berbaring di rumah.

"Kak, lo yakin anak Hexagon bakal lewat sini? Ini bukan jalur yang sering mereka lewatin." Tukas Ardi. Ardi memang bukan salah satu anggota dari Pentagon, tetapi dia selalu bergabung dengan anak Pentagon. Mereka dari geng motor yang berbeda tetapi mereka bersahabat.

"Liat aja nanti." Jawab Gilang dengan tatapan sangarnya. Ardi hanya bisa mendelikkan bahu, menurut apa yang Gilang katakan.

"We, pantau dari pos sana." Titah Mark pada salah satu anggota Asgardo. Namanya Akbar Wijaya, tetapi lebih afdol jika di panggil AW. Segera melaksanakan perintah, AW berjalan menuju pos yang tidak begitu besar. Mungkin pos itu sering di pakai untuk ronda malam, tetapi kondisinya saat ini sudah tidak begitu terurus.

Beberapa menit menunggu dengan keheningan, namun sekali kali mereka berbincang singkat untuk mengisi suasana hening itu. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 23.37 tepat dengan AW yang memberi isyarat bahwa mangsa yang akan di serang sudah akan melewati jalurnya. Seirama dengan isyarat AW, para anggota Pentagon dan Asgardo mulai bersiap dengan motor ninja masing masing. Terutama Gilang dan Mark. Dicky tidak ada, karena dia yang menjadi korban keroyokan anggota Hexagon. Paling anak itu sedang bermimpi bisa pacaran sama Galin.

"Gas." Gilang dan anak anak lainnya mulai memutar pedal gas motor masing masing dan mulai berbaur dengan anak anak Hexagon di jalanan. Mereka menghalangi jalan anak anak Hexagon juga sesekali berusaha menyenggol motor anak anak Hexagon agar terjatuh ke jalan. Usaha yang mereka lakukan tidak semudah yang dikatakan. Anak anak Hexagon berusaha membalas kembali yang sudah di lakukan oleh musuhnya ini. Mereka saling beradu, sampai akhirnya mereka sampai di jalan buntu. Mungkin ini markas anak anak Hexagon.

Semua sudah turun dari motor masing masing. Di seberang sana berjejer segerombolan anak anak Hexagon, sedangkan di seberang anak anak Hexagon ada anak anak Pentagon dan Asgardo. Jumlah geng motor Gilang memang lebih banyak, karena anak anak Asgardo bergabung dengan geng motornya yang hanya berjumlah 8 orang saja.

Mereka tidak langsung saling menyerang satu sama lain, melainkan lebih memilih menatap satu sama lain terlebih dahulu. Gilang menatap musuh besarnya yang kini berada di depan matanya, memberi tatapan benci kepada cowok itu. Jiwa untuk menghabisi cowok itu mulai naik perlahan seakan dendamnya yang selama ini ia simpan bisa meledak saat ini juga. Sedangkan cowok yang di tatap tajam oleh Gilang hanya bersedekap dada sambil menaikkan dagunya, seakan tidak takut dengan serangan apapun yang di lakukan Gilang.

"Serang." Teriak Gilang sambil mengudarakan sebelah tangannya dan mulai maju, bersatu dengan anak anak Hexagon. Mereka saling memberikan bogeman kepada lawannya, berusaha membalas perlakuan anak anak Hexagon yang sudah mengeroyok kawan mereka.

Kalo mau berantem satu lawan satu. Anak yang berantem tapi keroyokan, mental mereka sama persis seperti yupi lope yang di jual gope dua di warung bu Ida.

Itu kata Dicky.

Semakin mereka terhanyut dalam nafsu mereka masing masing untuk saling menghabisi geng musuh, hujan turun tanpa perlahan. Derasnya hujan membuat nafsu mereka semakin meninggi, terutama Gilang. Gilang sangat brutal menghajar Arjuna di hadapannya, anak itu seperti menumpahkan semua rasa benci dan dendamnya kepada Arjuna. Terus terusan menghajar Arjuna tanpa kenal lelah, sampai sampai Mark yang sudah lebih dulu mengalahkan musuh hanya bisa berdiri di tempat menyaksikan perkelahian antara Gilang dan Arjuna. Sebentar. Mungkin sekarang bukan perkelahian antara Gilang dan Arjuna, melainkan Gilang yang menghajar Arjuna karena tidak ada balasan pukulan dari Arjuna jadi tidak sinkron rasanya jika di sebut perkelahian.

AGLOMERSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang