"Hm." Tegur Arum menghampiri Gilang dan langsung mengelus pelan rambut gondrong Gilang.
"Kenapa ga bilang kalo mau ke sini? Kan aku bisa mandi dulu kalo gitu, aku belum mandi loh." Papar Gilang. Di lihat dari mimik wajahnya, cowok itu sangat senang Arum tiba-tiba datang ke rumah tanpa mengabari dirinya terlebih dahulu.
"Aku ke sini di suruh sama Ayah. Kenapa? Marah sama Ayah?" Tanya Arum, sudah duduk di tepi ranjang Gilang bersama dengan Mark yang belum juga selesai memanjakan Zee.
Sejurus kemudian ekspresi wajah Gilang berubah ketika mengingat kejadian gelas couple kesayangannya yang di pegang oleh sembarang orang. Sebenarnya kekesalan Gilang bertambah saat tau bahwa yang pegang gelas couple kesayangannya itu adalah Galin. Gilang tidak suka melihat Galin apalagi setelah Galin dengan terang-terangan memusuhi Arum dan mengompori Olive untuk tidak bertemu lagi dengan Arum. Syukur mereka sudah tidak satu sekolah lagi.
Hembusan napas terdengar dari arah Mark, membuat Arum dan Gilang spontan menengok, "Paling perkara gelas." Beber Mark, mengingat kejadian Gilang menistakan Iprit.
Arum menarik pandangannya dari Mark dan memandang Gilang, menanti jawaban dari Gilang atas penuturan Mark barusan. Gilang mengangguk dengan mulut cemberut khasnya yang hanya bisa di lihat oleh Arum seorang.
Arum tersenyum, "Ga harus marah sama Ayah juga, untung Ayah ga marah balik sama kamu." Ujar Arum, "Aku ga mau kamu jadi marah-marah sama Ayah cuma gara-gara gelas ini. Lagian ini kan cuma gelas, kalo pecah tinggal cari yang lain." Lanjutnya.
"Tapi aku ga suka kalo ada orang yang pegang gelas ini selain aku sama kamu."
"Gilang," Panggil Arum, seraya meminta Gilang untuk percaya pada kata-katanya, "Ini cuma gelas, oke? Ga perlu sampe segininya."
"Ruum." Rengek Gilang.
"Buah jatuh ga jauh dari pohonnya." Lontar Mark. Sangat ingat, ketika Bryan menceritakan bagaimana dulu dirinya sangat bucin dengan bundanya Gilang, mungkin Gilang saat ini sedang menggambarkan Bryan waktu dulu.
Gilang menatap sinis, "Sana urus Zee, ganggu sialan!" Titah Gilang.
"Hm, iya ya? Ini Iprit atau Zee namanya, hm? Iprit ya? Iya, Iprit mau makan? Udah di kasih makan belum sama majikan mu yang hobi nistain kamu, hm?" Tutur Mark mengajak ngobrol kembali kucing yang sangat senang di manja olehnya.
Mark beranjak pergi dari ranjang Gilang seraya duduk di sofa sambil terus mengajak bicara Iprit, "Majikan kamu bucin ya, sayang? Iya. Kamu mual liatnya? Hm? Mau muntah? Iya?"
Gilang geleng-geleng kepala, "Stres kalo udah ketemu kucing." Bebernya ketika menatap Arum.
Arum hanya tersenyum.
"Ya udah, kamu mandi sekarang."
"Eh Lang."
Panggilan itu mengurungkan niat Gilang yang hendak mengambil handuk, membuat dirinya duduk lagi di kasur untuk menunggu Mark melanjutkan ucapannya.
"Hexagon datang lagi." Ujar Mark sangat jelas dengan mimik wajah penuh penekanan. Wajahnya yang tadi biasa saja saat masih bersenda gurau dengan kucing kini menjadi lebih menyeramkan.
Gilang sekilas menatap Arum yang diam dan bingung dengan apa yang Mark ucapkan. Gelagatnya seperti sedang berusaha meyakinkan Arum, berharap kekasihnya itu tidak berpikir yang aneh-aneh dengan ucapan Mark.
"Aku mandi dulu ya." Lontar Gilang, langsung dengan cepat berjalan ke kamar mandi.
Arum beranjak dari ranjang milik Gilang menghampiri Mark. Duduk di sebelah Mark dan mengusap sebentar kucing yang sedang ada di pangkuan Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...