Warung bu Ida saat ini sedang di tempati oleh Gilang, Dicky, Mark, dan satu wanita paruh baya yang mengurus Arum dari bayi hingga saat ini. Mbok.
Dari semalam mbok sudah khawatir dengan keberadaan Arum karena sampai malam itu Arum belum juga pulang ke rumah. Ketika mbok mengecek handphone ternyata sudah ada banyak panggilan tak terjawab dari Arum, namun ketika mbok kembali menghubungi Arum malah handphone anak itu yang tidak aktif.
Malam itu mbok langsung lapor ke Gilang, siapa tau Arum bersama Gilang tapi lupa mengabari mbok. Namun harapan mbok pupus karena ketika mbok menanyakan keberadaan Arum justru Gilang malah ikut panik.
Maka malam itu juga mbok dan Gilang memutuskan untuk mencari Arum bersama-sama. Malam semakin larut namun Arum tidak juga di temukan, membuat kedua orang yang sangat menyayangi Arum itu semakin khawatir dan panik.
Karena tidak mungkin mencari Arum sampai pagi maka mbok memutuskan agar pulang dulu ke rumah dan melanjutkan mencari Arum besok pagi. Awalnya Gilang tidak setuju tetapi setelah di bujuk oleh mbok beberapa kali barulah anak itu menyetujui.
"Lapor polisi." Ujar Mark.
"Tapi ini belum 24 jam." Respon Dicky.
Gilang diam seraya berpikir dimana kira-kira tempat yang akan Arum kunjungi sampai tidak pulang ke rumah.
"Mbok," Panggil Gilang, "Mbok tau kan rumah temen SD Arum? Renjana?" Tanya Gilang.
"Mbok udah hubungi mereka tapi Arum ga ada di sana, mereka juga sekarang lagi cari Arum."
Hembusan napas Gilang terdengar berat, kepalanya ia tundukkan dengan keadaan rambut yang sedikit berantakan. Gilang benar-benar tidak tau lagi dimana kira-kira tempat yang akan Arum kunjungi.
Hening beberapa saat, sampai akhirnya Mark bersuara membuat yang lainnya menolehkan atensi kepada Mark.
"Gua curiga sama seseorang."
"Siapa?" Tanya Gilang cepat.
"Fayya sama Marco."
Pukulan meja terdengar dari arah Dicky, "Bisa-bisanya gua ga inget sama mereka."
"Maksud kalian mereka punya rencana jahat sama Arum?" Tanya mbok.
Mark mengangguk yakin, "Kita sahabat mereka, mereka sempet mau celakain Arum."
"Gua tau dimana mereka sekarang." Ujar Gilang langsung meraih kunci motornya dan berjalan ke arah motornya yang di parkir tidak terlalu jauh dari warung bu Ida.
Spontan mbok, Dicky, dan Mark ikut bersama Gilang. Sudah bisa di pastikan bahwa Gilang akan pergi ke tempat tongkrongan mereka dulu.
Tiga motor ninja melaju kencang saat berada di jalan, terutama motor milik Gilang. Gilang mengendarai motor sangat ngebut, di tambah Dicky dan Mark yang menyusul Gilang agar tidak terjadi kecelakaan, sedangkan mbok hanya pasrah saja kepada Tuhan karena di bawa kebut-kebutan oleh Mark. Jantung mbok benar-benar di permainkan oleh Mark.
"GILANG PELAN-PELAN." Teriak Dicky, berada di sebelah Gilang tetapi Gilang mengacuhkan perintah Dicky barusan, ia sudah terlanjur emosi kepada kedua teman lainnya. Jika benar mereka yang menculik Arum, maka Gilang tidak akan pernah mau lagi mendengar dua nama itu.
"LAAAAANG."
"Ash." Ringis Gilang saat motornya jatuh menabrak pembatas jalan.
Dengan segera Dicky langsung menghentikan motornya dan menghampiri Gilang yang kini sedang terduduk kesakitan.
"Lu ga papa?" Tanya Dicky seraya membantu Gilang untuk berdiri.
"Ga papa mata lu! Minggir." Setelah berhasil berdiri, Gilang kemudian menarik stang motornya lalu menyalakan mesinnya dan kembali mengemudi untuk menghampiri Fayya dan Marco.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...