Seluruh siswa kelas 9A kini sedang berada di lapangan utama SMP Widya Tama Sebangsa, mereka akan melakukan tes voli hari ini. Sebenarnya sekolah ini sudah menyiapkan lapangan khusus voli namun lapangan itu hanya dipergunakan untuk ekskul atau ketika persiapan untuk lomba voli. Jika olahraga seperti biasa maka siswa tetap memakai lapangan utama.
"Gilang sini." Titah pak Bayu sebagai guru voli SMP WTS. Gilang maju ke depan seraya menunggu pak Bayu untuk berbicara.
"Kamu sama Bapak main dulu berdua biar teman-teman kamu lihat." Lanjut pak Bayu.
Gilang menganggukkan kepala seraya mengerti dengan yang pak Bayu ucapkan tadi. Pak Bayu dan Gilang pun mulai memainkan bola voli itu untuk beberapa saat.
"Nah seperti itu," Ujar pak Bayu yang langsung menghadapkan badannya ke arah siswa lain, "Kalian bisa?" Tanyanya.
"Bisa Pakkk." Jawab siswa serempak.
"Oke. Marchel silakan ke tengah lapangan, untuk yang lain boleh duduk dulu di tepi lapangan jika sudah dapat gilirannya baru ke tengah lapangan."
"Baik Pak."
"Semangat Chel."
"Anjas Marchel."
Sorak beberapa siswa dan siswi meneriaki Marchel yang sudah siap memegang bola voli.
"Saya lawan Bapak atau lawan Gilang, Pak?" Tanya Marchel.
Pak Bayu menaikkan dagunya sedikit, "Lawan dulu Gilang." Jawabnya.
Pak Bayu sudah tahu kemampuan Gilang di dalam bidang olahraga bola voli jadi beliau tidak perlu meragukannya lagi. Gilang juga adalah salah satu murid pak Bayu di ekskul bola voli, selain itu Gilang juga tidak jarang membawa kejuaraan untuk SMP WTS di bidang olahraga ini.
Gilang menganggukkan kepalanya sekali seraya siap untuk menerima pukulan bola voli dari Marchel. Melihat gerakkan kepala Gilang membuat Marchel segera melayangkan bola berwarna kuning campuran biru itu ke langit dan memukulnya dengan kedua tangan yang sudah di kepal keras, dan dengan sigap Gilang kembali memukul bola itu ke arah Marchel.
Priitttt
Suara periwit itu menginterupsi beberapa siswa terutama Gilang dan Marchel. Jika pak Bayu sudah meniup periwitnya maka Marchel sudah selesai untuk tes voli.
"Selanjutnya Arum." Ujar pak Bayu.
"Ayo Rum semangattt."
"Aduh anjir gua ga bisa lagi."
"Udah, pasti bisa."
"Ayo Arummm." Teriak siswa lain menyemangati.
Dengan keyakinan yang tidak seberapa Arum berjalan ke tengah lapangan lalu berdiri di seberang Gilang.
"Pak saya sama dia juga?" Tanya Arum kepada pak Bayu. Respon pak Bayu hanya mengangguk.
Baru Arum ingin mengambil bola voli yang tergeletak di lapangan tadi bekas Marchel tetapi Gilang sudah melemparkan bola lain ke arah Arum membuat Arum sedikit melonjak kaget dan secara cepat mengambil bola itu. Dasar Gilang! Gimana kalo bola itu kena kepala Arum?
"Ayo mulai." Instruksi dari pak Bayu.
Arum menarik napas lalu mulai melayangkan bola itu dan memukul bola itu dengan mata yang ia pejamkan.
"Awwww," Ringis Arum saat selesai memukul bola itu, "Sakit juga." Lanjutnya dengan mata yang sudah terbuka.
Saat ingin kembali ke tepi lapangan namun teman-temannya menghilang semua membuat Arum mengerutkan alis kemudian mencari keberadaan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...