Suara ketukan pintu terus terdengar di telinga Arum. Di balik pintu mbok terus-terusan meneriaki Arum memanggil namanya, menyuruh Arum makan, dan mengkhawatirkan kondisi Arum. Meski Arum sudah mengirim chat ke mbok bahwa Arum baik-baik saja tetapi tetap saja mbok tidak capek mengkhawatirkan kondisi Arum saat ini.
"Sayang makan dulu ya, Mbok khawatir sama kamu Rum." Teriak mbok sambil terus mengetuk pintu kamar Arum.
Satu notifikasi masuk kedalam handphone mbok. Itu pesan dari Arum.
Arum
// arum baik baik aja mbok."Iya Mbok tau kamu baik-baik aja, kamu kan kuat tapi Mbok cuma minta kamu untuk makan, kasian Rum perut mu kalo ga di kasih asupan."
Di dalam sana Arum menghembuskan napas. Sedari tadi perut Arum memang sudah bergemuruh meminta di masukkan makanan namun Arum enggan untuk makan.
Akhirnya Arum memutuskan untuk makan dan keluar dari kamar. Ketika membuka pintu sudah ada mbok yang membawakan sepiring nasi putih lengkap dengan lauknya dan segelas susu vanila kesukaan Arum.
Mbok tersenyum saat melihat Arum, "Makan ya sayang." Ujar mbok sambil menyodorkan makanan itu agar diambil oleh Arum.
Arum mengangguk lemas.
"Makasih, Mbok." Ujar Arum seraya mengambil alih makanan itu.
"Mbok jangan lupa makan." Lanjut Arum.
Mbok tersenyum lalu merapikan rambut Arum yang sedikit berantakan, setelah selesai mbok lanjut mengusap pipi halus Arum, menatap Arum dengan penuh kasih sayang.
"Jangan nangis lagi ya, mata kamu udah sembab, idung kamu juga kaya badut, merah."
Arum terkekeh. Mbok sangat perhatian kepada Arum.
"Arum ga nangis lagi." Ujar Arum agar mbok tidak lagi khawatir dengan kondisinya.
"Kalo kamu masih nangis nanti Mbok ga restuin kamu sama anak kepala sekolah wts ya." Ujar mbok sedikit menggoda Arum.
"Mbok."
"Hahaha, ya udah makan yang banyak. Mbok mau rapihin kamar Mbok dulu ya."
Respon Arum hanya mengangguk.
Tunggu. Sejak kapan mbok tau kalo Arum punya hubungan dengan Gilang? Selama ini hubungan mereka backstreet kan? Tidak ada satu orang pun yang tau, paling cuma sahabat Arum waktu SD saja. Ah sudahlah, mau mbok tau juga tidak masalah, lagian hubungan Arum dengan Gilang kan sudah terbongkar jadi untuk apa di tutup-tutupi lagi.
Arum berbalik badan menghadap kasurnya. Sebelum melangkah dan duduk di kasur, Arum memandang makanan yang sedang di pegang nya. Rasanya Arum tidak punya nafsu untuk memakan semua makanan ini, walaupun Arum yakin makanan buatan mbok 1000% enak tapi tetap saja Arum sedang tidak nafsu.
Oke, baik. Ayo kita makan.
Setelah duduk sila di kasur Arum mulai menyendok makanannya dan memasukkan ke mulut mungilnya. Bagus, satu sendok nasi berhasil mendarat di mulut Arum. Arum mulai mengunyah makanan itu walaupun kunyahan Arum sangat lambat.
"Ga nafsu." Ujar Arum setelah sukses menelan makanannya.
Arum menaruh kembali piring berisi makanan bergizi itu di nakas sebelah kasurnya lalu mengambil segelas susu vanilla kesukaannya. Arum meneguk susu itu sampai habis dan susu itu memberikan jejak di mulut bagian atas Arum, membuat Arum mengeluarkan lidahnya untuk menjilat susu yang masih tersisa.
"Besok ujian di rumah aja boleh ga sih." Ujar Arum sambil menidurkan dirinya di kasur dan memeluk boneka jerapah kesayangannya.
Kornea mata Arum memandang langit-langit kamar, "Ga semangat banget sekolah, pasti besok Galin sama Olive marah-marah karena gua udah rahasia in hubungan gua sama Gilang, apalagi Galin suka sama Gilang. Huft."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...