Setelah pulang sekolah Arum menyempatkan diri untuk datang ke rumah sakit. Ia akan mengecek kondisi Olive, semoga saja kondisi anak itu lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Belum sampai Arum membuka pintu ruang rawat Olive di sana sudah ada ibu, saat Arum melangkah masuk ibu malah mengajak Arum untuk mengobrol di depan ruangan.
"Arum." Panggil ibu. Tatapan wanita paruh baya ini sangat serius, membuat Arum agak sedikit gugup.
"Iya, Bu?"
Ibu menghembuskan napas pelan, "Kamu berkorban apa lagi untuk Olive?"
Pertanyaan dari ibu sukses membuat Arum bingung. Apa maksudnya berkorban untuk Olive? Bahkan ketika Arum mau membantu sebagian biaya operasi Olive oleh ibu tolak. Arum memang membiayai operasi Olive namun ibu bilang akan mengganti uang itu jika sudah ada, padahal tidak diganti pun sama sekali bukan masalah bagi Arum.
"M-maksud, Ibu?" Tanya Arum karena belum paham kemana arah obrolan mereka.
Ibu tersenyum tulus, ia menatap wajah Arum cukup lama, "Rum, kamu nyerahin apa ke orang yang udah ditabrak sama Olive sampe dia ga jadi bawa masalah ini ke hukum?"
Saat mendengar ibu berbicara seperti itu Arum ber oh ria sembari menganggukan kepala lalu tersenyum, "Arum ga nyerahin apa-apa kok." Jawab Arum jujur.
Seketika ibu menatap intens wajah Arum, "Rum, Ibu ga mau banyak utang budi sama kamu jadi tolong jujur sama Ibu."
Arum terkekeh, "Beneran Bu, Arum ga ngasih apa-apa ke dia. Suer." Jawab Arum sambil mengangkat kedua jarinya membentuk huruf v.
Sekali lagi ibu menelisik wajah Arum namun sang pemilik wajah hanya tersenyum tenang, "Ya udah," Final ibu, "Kamu mau jenguk Olive kan?" Lanjutnya.
Arum hanya mengangguk kemudian mereka berdua masuk ke dalam ruang rawat Olive.
"Liv." Sapa Arum saat sudah berhadapan muka dengan Olive.
Disana Olive terbaring dengan kondisi lemah, wajahnya penuh luka membuat Arum meringis ngilu. Arum yang melihat saja sudah tak tahan merasakan perih dan sakit, apalagi Olive.
"Masih kerasa sakit ga, Liv?" Tanya Arum saat duduk tepat di kursi sebelah brankar.
Olive menggeleng, "Udah mendingan sih, paling cuma luka di idung gua aja yang masih perih."
Atensi Arum langsung mengarah ke hidung Olive. Bisa di lihat kulit hidung Olive terkelupas lumayan lebar membuat siapapun yang melihatnya ikut merasakan ngilu.
"Yang kuat ya, Liv pasti lu bisa kok lewatin masa sakit lu ini." Arum menggenggam tangan Olive, menguatkan.
"Makasih, Rum."
Arum mengangguk pelan, "Oh iya sorry ya kemarin gua ga sempet liat lu ke sini. Hm soalnya gua ada urusan ngedadak juga."
"Santai aja, lagian di sini ada Ibu."
Arum tersenyum, "Btw Galin belum bisa ke sini karena lagi ada masalah di rumah jadi dia titip salam buat lu."
Olive mengangguk, "Makasih bilangin kalo lu ketemu sama dia."
"Iya nanti gua sampein."
Sedang asyik mengobrol tiba-tiba saja suara perut terdengar dari arah ibu membuat atensi Arum teralihkan lalu menatap ibu heran, "Ibu belum makan?" Tanya Arum mendongak menatap ibu yang berdiri di sebelahnya.
Ibu yang posisinya lebih tinggi dari Arum memasang ekspresi wajah kebingungan, "Hm, Ibu udah makan." Jawab ibu, lagi-lagi bohong. Kemarin ibu berbohong ke Olive dan sekarang malah lanjut ke Arum.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...