Gilang berjalan dengan di sebelahnya ada Arum yang sedari tadi perasaannya campur aduk karena baru pertama kali ini Gilang mengajak Arum untuk kumpul dengan teman teman satu les voli nya. Sebenarnya Arum sudah pernah bertemu dengan teman satu les voli Gilang tapi mungkin yang beda dengan sekarang adalah, di sana ada Fayya. Arum masih tidak terbiasa memperlihatkan hubungannya dengan Gilang di depan teman teman sekelasnya.
"Takut Fayya marah." Ujar Arum sebelum benar benar sampai di tempat yang akan dituju nya. Warung bu Ida.
"Kalo dia marah gua marahin balik." Jawab Gilang.
Gilang sedari tadi terus mencoba menenangkan Arum agar tidak takut bertemu dengan teman temannya terutama Fayya, namun Arum tetap saja mengeluh takut. Tapi tenang saja Gilang orangnya sabar kok kalo sama Arum.
"Lang." Gilang berhenti ketika Arum berhenti. Seraya menyahut sambil menunggu Arum bicara.
Bukannya menjawab Arum malah nyengir menampilkan deretan gigi nya yang tertera rapih. Jelas itu membuat Gilang ikut tertawa, namun tawa Gilang disini adalah karena melihat Arum yang menggemaskan ini. Oh Tuhan akhirnya selama beberapa bulan pacaran Gilang bisa melihat cengiran Arum.
"Kenapa nyengir?" Tanya Gilang.
"Ga papa. Tadi lagi nyiapin mental." Jawab Arum.
Gilang terkikik saat mendengar jawaban Arum. Mau ketemu temannya saja sampai harus siapin mental, gimana nanti ketemu keluarga besar Gilang? Gilang pernah bilang kan bakal jadiin Arum istri yang sah setelah lulus SMA?
"Selow ko ada gua." Kata Gilang lalu lanjut berjalan.
Tidak lama berjalan akhirnya mereka sampai di warung bu Ida. Di sana sudah ada Dicky, Mark, Marco, dan Fayya. Sepertinya mereka sangat menunggu kehadiran Gilang dan Arum, lihat saja ketika sosok Gilang dan Arum datang mereka fokus memperhatikan gerak gerik Gilang maupun Arum.
"Lang." Sapa Dicky seraya berjabat tangan lalu berpelukan sebagaimana cowok biasanya. Begitu juga dengan Mark dan Marco.
"Hai Fay." Sapa Arum dengan senyum di buat buatnya agar terlihat tidak kaku.
"Wih Rum, masih inget gue ga?" Tanya Dicky seraya mengulurkan tangannya membentuk kepalan untuk tos. Arum menyambut tangan Dicky sambil mengangguk.
"Anjas karena muka tampan gue ya." Kata Dicky. Anak itu meletakkan jarinya di dagu membentuk seperti tanda ceklis.
"Ck!" Umpat Gilang.
"Kalo gua Rum? Inget kali masa ngga." Itu Mark yang bicara. Sama dengan Dicky sebelumnya, Mark mengulurkan tangannya untuk tos dengan Arum.
"Yang nolongin gua dari kejaran Gilang kan." Jawab Arum sambil terkekeh mengingat kejadian beberapa minggu lalu.
"Yoi. Tapi lebih tepatnya kejaran orang gila bukan kejaran Gilang, hahahaha."
Arum tertawa melihat Mark tertawa. Jika di ingat ingat lucu juga saat Arum menyebut Gilang dengan sebutan orang gila, ya saking kesalnya Arum waktu itu jadi wajar kalo Arum sebut Gilang orang gila.
"Apa nih, kalian saling kenal?" Marco yang dari tadi diam kini ikut berbicara. Marco sepertinya tidak begitu suka jika Arum ikut kumpul, lihat saja dari tatapannya sudah bisa di tebak bahwa anak itu tidak suka Arum ada di sini.
Sebelumnya Marco dan Arum memang belum pernah ketemu, bahkan baru pertama kali ini mereka bertatap muka. Waktu itu Gilang memang pernah bawa Arum ke tempat les voli tapi di sana Arum hanya bertemu dengan Dicky dan Mark saja, tidak dengan Marco. Mungkin wajar jika Marco tidak begitu menyukai Arum ada di sini.
"Waktu itu kan Gilang pernah bawa Arum ke tempat les Ko, ya kali lo lupa." Sahut Dicky.
Marco menaikkan sebelah alisnya sambil berpikir. Namun ia tidak ingat apa apa. Marco memang tau Arum adalah pacar Gilang tapi Marco belum pernah bertemu langsung dengan pacar yang selalu Gilang bangga banggakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...