AGLOMERSI • 03

3.2K 100 3
                                    

Suara klakson terdengar sangat membisingkan telinga. Entah siapa pemilik kendaraan itu, sepertinya baru pertama kali Arum mendengar suara berisik selama tinggal di komplek ini.

"Aduh brisik banget sih." Misuh Arum kesal.

Gadis itu berusaha sabar dengan suara tersebut, namun kelamaan di diamkan kok malah semakin berisik. Mau tak mau Arum harus beranjak dari meja makan demi menegur si pemilik kendaraan.

"ADUHHH!!! Gua kutuk tuh orang baru tau rasa anjir!" Jalannya di hentak-hentakan ke lantai menandakan bahwa Arum betul-betul sangat terganggu dengan suara klakson itu. Namun saat membuka pintu secara kasar, Arum langsung disuguhi pemandangan cowok berambut gondrong sedang tersenyum ke arahnya.

"Pagi, Arum." Cowok itu melambaikan tangan ke udara, disana ia duduk di atas motor ninja dengan jaket hitam yang menutupi baju seragamnya.

Bola mata Arum sukses memutar tanda ia malas bertemu Gilang, walaupun sebenarnya di sekolah mereka akan bertemu satu sama lain. Apa sebenarnya maksud dan tujuan cowok itu mengganggu orang pagi-pagi seperti ini?

"Mau apa?" Arum berteriak dari depan pintu, tidak menghampiri Gilang yang hanya duduk diam di depan gerbang tapi sialnya cowok itu malah turun dari motor dan menghampiri Arum. Yang lebih menyebalkannya lagi ia malah tersenyum bahagia di depan wajah Arum tanpa ada rasa bersalah sedikitpun, bahkan meminta maaf saja tidak.

"Ayo berangkat sekolah."

"Gua pake taxi." Jawab Arum singkat.

"Sama gua aja."

Arum menggeleng singkat kemudian masuk kedalam rumah tanpa mempedulikan sosok 'pacar' barunya itu.

"Eh, Rum." Gilang menggedor pintu rumah Arum namun tidak di bukakan oleh Arum.

"Lu duluan aja." Teriak Arum dari dalam. 

"Ga! Gua tunggu lo disini." Balas Gilang.

Arum menghentakkan napasnya kesal, membuka pintu rumah dan berdiri di depan Gilang yang sedikit lebih tinggi dari dirinya, "Denger ya, Gilang!  Kalo misalnya gua sama lu berangkat bareng pasti orang lain mikir ada apa-apa diantara kita, apalagi kemaren gua keceplosan nyebut nama lu pas angkat telepon dari Galin. Lu mau nambah masalah di hidup gua?!" Arum terus nyerocos tanpa memperhatikan sebenarnya Gilang sedang diam-diam tersenyum melihat gadis dihadapannya sedang memarahi dirinya. Apakah menurut Arum, cewek itu menakutkan dihadapan Gilang? Haha, sama sekali tidak.

"Ga papa biarin orang lain tau kita pacaran, kalo perlu guru-guru juga tau kita pacaran," Respon Gilang lalu melanjutkan, "Cie kemarin keceplosan nyebut nama gua."

"Ngga! Gua ga mau orang-orang tau kita pacaran." Sela Arum cepat.

"Dih, kenapa? Pacaran sama orang ganteng masa ga mau di umbar."

"Kalo gua bilang ngga ya udah ngga." Arum sedikit membentak Gilang lalu masuk kembali ke dalam rumah dan menutup pintu  dengan kasar dihadapan Gilang untuk yang ke dua kalinya.

"Ya udah iya," Gilang berujar sambil sedikit teriak, "Jadi lu mau kita backstreet aja nih?" Gilang menunggu Arum menjawab pertanyaannya namun tidak ada jawaban sama sekali dari balik pintu, walaupun sebenarnya Gilang yakin bahwa Arum masih setia berdiri tidak jauh dari pintu.

"Ya udah gua tunggu lu di sekolah ya. Dadah pacar." Selesai melontarkan kalimat terakhirnya Gilang langsung berjalan ke arah motor dan meninggalkan pelataran rumah Arum menuju SMP Widya Tama Sebangsa.

Mendengar suara motor Gilang yang sudah pergi baru Arum mau membuka pintu, kakinya ia hentakkan ke lantai. Pagi-pagi gini mood Arum sudah hancur gara-gara Gilang. Huh! Semoga saja disekolah cowok itu tidak macam-macam.

AGLOMERSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang