Isakan demi isakan sangat jengah di dengar oleh telinga mbok. Bahkan dua cewek dan dua cowok di sana pun sudah tak tau harus bagaimana lagi menghadapi Arum yang kini tengah menangis tersedu sedu. Matanya sudah lembab dan merah, seirama dengan hidungnya yang lebih terlihat seperti tomat matang, selembaran tisu yang sudah tidak lagi mulus berserakan di lantai, walaupun sudah di punguti satu satu tapi Arum malah menambahnya lagi dan lagi.
Selembar sticky note masih menempel tepat di atas kardus kotak berisi boneka jerapah yang Arum ingat di beri nama Puasa. Tangisnya menambah kala mengingat arti nama dari boneka itu 'punya arum sayang' memang terdengar lebay tapi itu lah Gilang, bucin kalo sama Arum. Ingin rasanya Arum menyendiri saja saat ini, namun sayangnya mbok tidak memberikan izin, begitu juga dengan teman temannya yang malah mendukung mbok dan memaksa untuk menemani Arum yang menangis sampai sesenggukan. Bahkan mereka sekarang terlihat seperti orang bodoh yang sedang menyaksikan drama percintaan Arum, memperhatikan Arum menangis tanpa melakukan apapun. Walaupun sebenarnya mereka diam karena Arum yang hanya diam ketika di ajak bicara.
"Hikss....." Kini dadanya sangat sesak, untuk mengambil pasokan udara saja butuh usaha keras. Tapi Arum bisa apa jika semua ini sudah terjadi secara tiba tiba? Tanpa kabar, tanpa pemberitahuan, Gilang menghilang begitu saja. Dicky dan Mark pun tidak di kabari oleh sang sahabat, mereka tidak tau dimana keberadaan Gilang saat ini. Sudah datangi rumah besar milik Bryan tapi tidak ada, mendatangi kafe pun sama hasilnya, bahkan karyawan karyawan nya saja tidak tau kemana mereka pergi, dan terakhir, mendatangi SMP WTS, namun hasil tetap sama. Sudah wara wiri tanya sana sini ke setiap guru, jawaban mereka hanya gelengan kepala.
"Mbok harus gimana biar kamu ga sedih lagi, Rum? Tolong bicara sama kita, apa kamu ga hargain temen temen kamu dateng ke sini karena khawatir sama kondisi kamu?" Paparan mbok mendapatkan empat anggukan dari remaja tanggung di sana.
"Mungkin ini yang terbaik buat hubungan kalian. Tolong pahami juga kondisi cordong, mungkin dia lagi ada masalah keluarga sampe ga bisa kabarin lu terus tiba tiba ngilang." Renjana menimpali.
"Rum, gua yakin suatu saat kalo kalian memang di takdirin untuk ketemu lagi, pasti ketemu. Lu percaya skenario Tuhan yang terbaik kan?" Tak mendapat respon dari Arum, Ranum hanya mendesah lelah.
"Liat," Sticky note di kardus itu oleh Dicky cabut, seraya memperlihatkan tulisannya kepada Arum, "Bukan selamat tinggal tapi sampai jumpa kembali," Itu yang Gilang tulis di sticky note berwarna ungu kesukaan Arum, "Artinya, lain waktu Gilang pasti bakal balik lagi ke sini untuk nemuin lu."
Arum hanya menambah tangisannya lagi. Sangat sakit hati membaca tulisan di sticky note itu, rasanya Arum mau lari saja dari rasa sakit ini. Ini semua terlalu tiba tiba, Arum tidak bisa menerima.
"Gua pikir lu perlu tidur Rum, biar istirahat. Kalian tenang aja, seiring berjalannya waktu Arum pasti ga bakal ngerasain sakit lagi kok." Mark mulai berujar. Namun ujarannya berhasil mengundang gejolak di hati Arum.
Dengan isakan yang masih tersisa, Arum menatap Mark tajam, memanggilnya lalu berujar, "Apa yang udah lu omongin sama Gilang? Lu tau sesuatu kan? Lu nyembunyiin rahasia kan?!" Meninggikan suara membuat Mark diam tak bergeming, sedangkan eksistensi mbok di sana menenangkan Arum yang terpancing emosi dengan kata kata Mark sebelumnya.
"Gua ga ada nyembunyiin apa apa sama kalian," Bantah Mark masih di bilang santai, "Lagian mungkin ini yang terbaik untuk kalian. Secara terang terangan Tuhan misahin kalian pake caranya masing masing, apa lu masih belum terima?"
"Mark!" Dicky memperingati.
"Kenapa Ky? Gua ga salah kan? Daripada di antara kalian berdua ada yang meninggalkan Sang Pencipta lebih baik meninggalkan makhluk ciptaan-Nya kan?" Mark diam hanya untuk mengambil napas karena tadi ia berbicara pakai tenaga, "Gua bersyukur kalo Gilang paham makna dari kalimat, 'Kamu boleh mencintainya, tapi jangan merebutnya dari Tuhannya' apa lu ga bahagia kalo Gilang menaati Tuhannya dia? Tolong hargai keputusan Gilang, Rum. Dia punya Tuhan dia sendiri dan lu punya Tuhan lu sendiri, kalo kepercayaan kalian ga bisa di satuin terpaksa hubungan kalian yang harus di korbanin."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...